Pengembangan Wisata Halal, Prospek untuk Indonesia dari Pengalaman Taiwan

Sharing is caring!

 Perkembangan wisata halal telah menjadi perhatian dunia. Di Indonesia pariwisata halal juga mulai berkembang dan memiliki peluang dan potensi yang cukup besar. Peluang ini telah menjadi perhatian Negara-negara di seluruh dunia, baik negara Muslim maupun negara non Muslim. Taiwan adalah contoh negara non Muslim yang mengembangkan Wisata Ramah Muslim atau lebih dikenal dengan Wisata Halal. Untuk memahami bagaimana perkembangan pariwisata  halal di Taiwan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalu Pusat Penelitian Wilayah akan menyelenggarakan webinar ” Prospek Wisata Halal bagi Indonesia: Pengalaman dari Taiwan”, pada Rabu, 30 September 2020 melalui aplikasi Zoom Meeting  (https:bit.ly/webinarhalalP2W) dan Live-Streaming di kanal Youtube () mulai pukul 13.00 WIB.
(SHUTTERSTOCK / hain.tarmann)

Humas LIPI. Wisata halal adalah bagian dari industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan sangat pesat, seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan dari negara-negara Muslim yang berlibur di luar negeri. “Industri halal Indonesia, melalui studi komparasi pengalaman negara lain selama ini masih relatif terbatas satu sektor spesifik saja, padahal pembangunan industri halal sangatlah multisektor dan melibatkan banyak pihak”, ungkap Kepala Pusat Penelitian Wilayah  LIPI, Ganewati Wuryandari.
 
Ganewati mengatakan, pariwisata sebagai sektor andalan harus didukung oleh semua sektor lain, di antaranya adalah kebijakan pengembangan wisata halal dan praktiknya; kerja sama dengan badan sertifikasi internasional; peran mahasiswa Indonesia dalam menciptakan lingkungan ramah Muslim; serta pengalaman pengusaha di bidang kuliner halal Taiwan.”Kebijakan pengembangan wisata halal berdasarkan pengalaman Taiwan diharapkan memberikan pengetahuan yang komprehensif dan mensinergikan peran berbagai stakeholder,” terangnya. “Selain itu, strategi menjalankan usaha halal dan peran teknologi digital dalam industri pariwisata halal juga menjadi lebih sinergi,” tambahnya.
 
Peneliti Pusat Penelitian Wilayah LIPI, Rita Pawestri Setyaningsih, menerangkan bahwa sulitnya wisatawan Muslim mendapatkan tempat beribadah dan makanan halal di luar negeri akhir-akhir ini menjadi perhatian negara-negara dengan penduduk Muslim minoritas, tak terkecuali Taiwan. “Mereka kemudian mengembangkan Wisata Ramah Muslim atau lebih dikenal dengan Wisata Halal untuk menarik wisatawan Muslim sebanyak-banyaknya ke dalam negeri. Pemerintah Taiwan terus berupaya menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi umat Muslim”, jelas Rita.
 
Rita menyebutkan, ada dua fokus utama dalam pengembangan pariwisata halal di Taiwan, yaitu sertifikasi halal untuk restoran dan hotel, serta menciptakan lingkungan yang lebih ramah Muslim. “Taiwan mengeluarkan 5 jenis klasifikasi halal,” sebut Rita. Dirinya merinci klasifikasi halal tersebut, antara lain Restoran Halal; Restoran Ramah Muslim; Akomomodasi Ramah Muslim; Halal kitchen dan Guide Ramah Muslim.
 
Menurut Rita, berdasarkan catatan  Global Muslim Travel Index (GMTI) yang dirilis oleh Crescent Rating-Mastercard, di antara 130 tujuan non-Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di seluruh dunia, posisi Taiwan sebagai tujuan tempat tujuan wisata ramah Muslim meningkat dari peringkat 10 (2015) menjadi peringkat 3 (2019) dibawah UK dan Jepang. “Upaya yang dilakukan Taiwan ini, telah menunjukkan hasil yang signifikan,” tutup Rita.

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *