Jakarta, 22 Juni 2020. Tanpa percepatan proses pembelajaran, mustahil Indonesia berjaya jelang Centennial 2045. Kesimpulan tegas ini tersampaikan dalam bedah buku dalam format video conference yang diramaikan oleh 303 peserta dari berbagai kalangan. Bedah buku “Learning 5.1, Duluan Tiba di Masa Depan” menghadirkan Alex Denni selaku penulis buku juga Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian BUMN, Mohammad Bakir, wartawan senior, Eko Susetyono, Senior EVP PT Pegadaian (Persero) serta Rini Mulyawati, pegiat komunikasi dan penulis buku Ready On Stage.
Dalam paparannya, Alex menyampaikan prediksi dari Price Waterhouse Coopers (PWC) yang menyatakan bahwa Indonesia akan menempati posisi 4 sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. “Prediksi ini didasarkan atas kondisi Indonesia yang sedang menikmati bonus demografi, sebuah era dimana jumlah angkatan produktif lebih banyak dari angkatan non-produktif.” jelas Alex. Namun Alex menjelaskan bahwa prediksi PWC tersebut belum memperhitungkan faktor disrupsi pandemi Covid-19. “Pandemi yang mewabah di dunia saat ini telah mendisrupsi jalan Indonesia menuju posisi 4 besar ekonomi dunia. Pandemi memaksa kita menjalani keseharian dengan mediasi digital teknologi.” tambah Alex.
“Gagal memanfaatkan bonus demografi justru akan jadi beban dan bencana untuk Indonesia. Percepatan pembelajaran harus segera dilakukan. Satu-satunya cara untuk terus maju dan beradaptasi dengan beragam disrupsi yang ada adalah dengan memiliki mindset, skillset, dan toolset yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Learn how to learn merupakan kunci pandora untuk tetap selamat.” tambah Alex.
Terkait dengan apa yang disampaikan Alex, Eko Susetyono selaku Senior EVP PT Pegadaian (Persero) menyampaikan bahwa UMKM memiliki peran sentral dalam perputaran roda ekonomi Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia diperkiraan mencapai 75%. Pegiat UMKM diminta terus kreatif dan aktif beradaptasi dengan cara-cara yang disampaikan dalam buku “Learning 5.1, duluan tiba di masa depan”. “Human capital adalah satu faktor penting yang tidak tergantikan dan harus terus ditingkatkan kemampuannya maupun jumlahnya untuk membangun sebuah bisnis.” jabar Eko. Zoom!nar kali ini juga diikuti oleh seorang musisi sekaligus pegiat UMKM, Dochi Sadega.
Pandemi Covid-19, Peruri Fokus Kenalkan PeruriSign
Pada masa pandemi, Perum Percetakan Uang RI (Peruri) justru memanfaatkan momen ini guna meningkatkan penjualannya untuk produk tanda tangan digital PeruriSign. Pandemi Covid-19 ‘memaksa’ masyarakat untuk tetap tinggal di rumah menjalankan anjuran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan memanfaatkan teknologi digital untuk bekerja dan beraktivitas. Salah satu kendala yang muncul akibat pemberlakukan PSBB adalah penggunaan tanda tangan basah akibat terhalangnya orang-orang untuk saling bertatap muka.
Peruri hadir membawa solusi melalui produknya yaitu PeruriSign, tanda tangan elektronik tersertifikasi dan memiliki status hukum yang sama seperti tanda tangan basah serta dapat dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan validitasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. PeruriSign sah di mata hukum karena dibuat oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) Indonesia yang diakui oleh Pemerintah, yaitu Peruri melalui Surat Ketetapan Kementerian Kominfo RI Nomor 790 Tahun 2019.
Peruri sendiri memprediksi bahwa PeruriSign akan terus bertambah penggunanya, mengingat selama PSBB telah memberikan manfaat dan membantu beberapa perusahaan menjalankan proses administrasi menjadi lebih efektif dan efisien.