Kemendag Terus Dobrak Pasar Ekspor Pangan Olahan Tingkatkan Neraca Perdagangan di Tengah Pandemi Covid-19

Sharing is caring!

Jakarta, 15 Juni 2020 — Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menekankan, Kementerian Perdagangan terus berupaya mendobrak pasar ekspor produk pangan olahan untuk meningkatkan neraca perdagangan Indonesia di kuartal II tahun 2020 di tengah pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan Mendag saat memberikan sambutan pada kegiatan webinar dengan tema “Terobosan Meningkatkan Ekspor Pangan Olahan Indonesia” di Jakarta, pada Senin (15/6).

Kegiatan ini merupakan kerja sama Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI). Webinar difasilitasi Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan dan Ketua GAPMMI Adhi Lukman. Selain itu, kegiatan juga diikuti 300 peserta yang berasal perwakilan perdagangan Indonesia di 32 negara, pengurus dan pelaku usaha anggota GAPMMI, serta diaspora negara mitra.

“Pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja perdagangan di hampir seluruh negara di dunia. Namun, hal ini tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk mendorong kinerja perdagangan Indonesia di kuartal II 2020, khususnya ekspor pangan olahan. Untuk itu, diharapkan peran serta berbagai pihak untuk menghasilkan terobosan dalam peningkatan ekspor produk pangan olahan Indonesia di tengah pandemi Covid-19,” ujar Mendag Agus.

Mendag menyampaikan, Kementerian Perdagangan melakukan berbagai kebijakan strategis dalam mendorong kinerja perdagangan Indonesia di era normal baru. Kebijakan tersebut antara lain dengan meningkatkanan kemudahan dan kecepatan pelayanan penerbitan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature and stamp; menerapkan autentikasi otomatis dalam prroses perizinan ekspor dan impor bagi pedagang yang memuiliki reputasi; meningkatkan dan mempercepatan layanan ekspor impor dan pengawasan melalui Ekosistem Logistik Nasional (National Logistic Ecosystem/NLE);

Kebijakan strategis lainnya dengan meningkatkan fasilitasi dan pelayanan informasi ekspor, promosi ekspor serta penjajakan kesepakatan dagang (business matching) secara virtual melalui perwakilan perdagangan; melanjutkan pelatihan bagi calon eksportir baru secara virtual, baik yang dilaksanakan oleh Kementerian Perdagangan, maupun yang bekerja sama dengan beberapa lembaga dan mitra dagang agar saat situasi kembali normal pelaku usaha sudah siap memanfaatkan peluang ekspor yang ada; serta mengusulkan insentif berupa asuransi atau kredit ekspor atau pembiayaan lainnya dari perbankan bagi eksportir terdampak Covid-19.

Mendag melanjutkan, untuk mendukung berbagai kebijakan tersebut, peran perwakilan perdagangan sangat strategis di masa transisi atau era normal baru seperti saat ini. Salah satunya, untuk menggali informasi terkini tentang perkembangan situasi di negara tujuan ekspor.

Menurut Mendag, perwakilan perdagangan harus terus menjalin komunikasi dengan kementerian/instansi terkait di negara akreditasi, asosiasi, serta pelaku usaha untuk menyampaikan laporan bulanan dengan hasil transaksinya.

“Dengan demikian, pelaku produk pangan olahan Indonesia tetap dapat mengakses pasar dengan pemahaman regulasi atau ketentuan baru di masa transisi. Mengingat, beberapa negara sudah mulai membuka fasilitas publik dan pusat-pusat kegiatan ekonominya, sehingga perubahan itu harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” kata Mendag Agus.

Dirjen Kasan menambahkan, adanya pembatasan sosial atau karantina wilayah menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha di Indonesia. Namun demikian, hal ini jangan sampai menyurutkan semangat para pelaku usaha untuk melakukan ekspor dan membuka peluang pasar baru. mengingat produk makanan dan minuman sangat dibutuhkan dunia di antaranya produk- produk untuk meningkatkan imunitas dan stamina kesehatan

“Kegiatan webinar ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi perwakilan perdagangan dan pelaku usaha dalam menciptakan terobosan ekspor pangan olahan Indonesia. Kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan mempertemukan pelaku usaha di sektor pangan olahan dengan buyer di negara akreditasi masing-masing,” kata Dirjen Kasan.

Sementara itu, Ketua GAPMMI Adhi Lukman menyampaikan, untuk bersaing dengan pasar global, Indonesia harus memperkuat industri nasional, terutama dalam percepat pemulihan setelah Covid-19. Di antaranya dengan meningkatkan akselerasi dalam menjadikan Indonesia 4.0, yaitu industri bernilai tambah sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi; meningkatkan ketersediaan bahan baku sebagai bagian dari rantai nilai global (Undang-Undang Industri 3 Tahun 2014); melakukan peninjauan regulasi untuk mendukung industrialisasi; serta menjadikan Indonesia sebagai pusat penelitian hub global untuk sektor industri makanan dan minuman.

Ekspor Produk Pangan Olahan Naik 7,9 Persen

Capaian ekspor produk makanan olahan di masa pandemi ini cukup menggembirakan. Pada periode Januari–April 2020, ekspor produk pangan olahan Indonesia tercatat sebesar USD 1,32 miliar atau meningkat 7,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Produk-produk utama ekspor pangan olahan Indonesia pada periode tersebut di antaranya makanan olahan (USD 139,83 juta), olahan krustase udang (USD 137,15 juta), olahan ikan (USD 129,16 juta), olahan krustase kepiting (USD 106,1 juta), serta esens dan konsentrat kopi (USD 104,89 juta).

Sementara negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode tersebut yaitu Amerika Serikat sebesar USD 293,6 juta (dengan pangsa pasar 22,11 persen), Filipina sebesar USD 161,4 juta (12,15 persen), Malaysia sebesar USD 101,6 juta (7,65 persen), Singapura sebesar USD 74,9 juta (5,64 persen), dan Jepang sebesar USD 71,9 juta (5,41 persen).

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *