Jakarta. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020 memberikan tantangan besar bagi masyarakat dan dunia usaha. Bukan merupakan pengecualian, Bank Sahabat Sampoerna (“Bank Sampoerna”) juga mengalami tantangan yang sama.
Dalam laporan keuangan publikasi periode Maret 2020, terdapat peningkatan 5,5% dalam penyaluran kredit dan peningkatan 6,7% dalam penghimpunan dana pihak ketiga (“DPK”), dibandingkan dengan angka pada satu tahun sebelumnya.
Penyaluran kredit pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar Rp 8,2 triliun. Dari total kredit yang disalurkan, sebesar 61,1% disalurkan ke sektor UMKM. Sementara DPK yang berhasil dihimpun Bank Sampoerna pada akhir Maret 2020 mencapai Rp 9,1 triliun dari Rp 8,5 triliun capaian pada akhir periode yang sama tahun lalu.
Dalam hal peningkatan DPK, peningkatan dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 44,8% yoy menjadi hampir Rp 2,0 triliun. Sedangkan dana yang terakumulasi dalam deposito relatif tidak banyak mengalami perubahan, sebesar Rp 7,2 triliun per akhir Maret 2020. Dengan demikian, CASA ratio meningkat ke angka 21,4% dibandingkan dengan 15,8% pada satu tahun sebelumnya, dijelaskan Henky Suryaputra, Chief Financial Officer Bank Sampoerna.
Peningkatan akumulasi DPK dan penyaluran pinjaman yang bergerak sejalan menjadikan likuiditas Bank Sampoerna cukup baik sebagaimana ditunjukkan dengan rasio pinjaman terhadap total simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) di tingkat 89,6%. “Bank Sampoerna memiliki struktur keuangan yang solid, selain LDR berada di tingkat yang kami nilai cukup ideal, Bank Sampoerna juga memiliki rasio kecukupan modal yang baik di tingkat 18,4%,” lebih lanjut Henky menjelaskan.
Juga sejalan dengan pertumbuhan pinjaman dan DPK, pendapatan bunga bersih / Net Interest Income meningkat sebesar 8,6% yoy dari semula Rp 161,3 miliar untuk periode tiga bulan hingga Maret 2019 menjadi Rp 175,2 miliar pada periode yang sama tahun ini. Sementara beban operasional juga mengalami peningkatan yang signifikan, terutama didorong oleh peningkatan pencadangan kredit dan beban tenaga kerja.
“Sejalan dengan dimulainya implementasi PSAK 71 mulai 1 Januari 2020, terdapat peningkatan pencadangan kredit secara substansial. Hal ini menyebabkan rasio pencadangan kredit terhadap nonperforming loan (NPL/kredit bermasalah) pada akhir Maret 2020 melonjak sangat signifikan menjadi 116,7% dari sebelumnya 63,8% di akhir Maret 2019. Sementara itu, perkembangan laba bersih kuartal pertama tahun 2020 juga masih baik, yakni sebesar Rp 9,8 miliar dibandingkan dengan yang dicatat pada penutupan tahun 2019 sebesar Rp 18,5 miliar. Dengan rasio pencadangan kredit yang lebih baik, Bank Siaran pers : No. 003/CA/BSS/IV/2020 Sampoerna akan lebih siap menghadapi tantangan lebih lanjut di tahun 2020 ini,” ujar Henky Suryaputra melengkapi.
“Tantangan memang selalu akan ada. Kadang kesulitan akan memuncak. Namun saya sepenuhnya yakin akan prospek ekonomi termasuk UMKM di Indonesia. Kami bangga bahwa kami telah menjadi bagian dari perkembangan UMKM di Indonesia. Dengan berbekal kepercayaan masyarakat dan dukungan dari semua pihak, Bank Sampoerna akan terus meningkatkan kinerja dan mengusahakan memenuhi kebutuhan finansial UMKM di Indonesia”, ujar Ali menutup pembicaraan.
Tentang Bank Sahabat Sampoerna
Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) adalah bank swasta yang berfokus pada pengembangan usaha mikro dan UKM. Bank berkantor pusat di Gedung Sampoerna Strategic Square, Jakarta. Bank Sampoerna memiliki jaringan kantor sebanyak 22 kantor cabang di 17 kota besar di Indonesia. Bank telah dilengkapi dengan berbagai layanan perbankan seperti ATM yang bekerjasama dengan jaringan PRIMA dan BERSAMA, Internet Banking, Phone Banking serta layanan Call Center di nomor telpon 1 500 035. Disamping itu, Bank Sampoerna juga terus bersinergi dengan Unit Usaha Binaan yaitu Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Mitra Sejati (Sahabat UKM). Jaringan kantor Sahabat UKM telah tersebar di 27 provinsi di seluruh Indonesia.
Dengan dukungan dua grup besar pemegang saham, yakni Grup Sampoerna Strategic melalui PT Sampoerna Investama (78,48%) dan Grup Alfa melalui PT Cakrawala Mulia Prima (17,44%). Sebesar 3,11% dan 0,97% kepemilikan dipegang berturutturut oleh Abakus (Asia Pacific) Pte. Ltd dan Bapak Ekadharmajanto Kasih. Komitmen para Pemegang Saham tidak hanya dalam bentuk pembiayaan dan permodalan, tetapi juga brand value, knowledge dan skill. Grup Sampoerna dengan pengalaman bisnis terbaik dengan cakupan nasional dan global, dipadukan dengan kemampuan dan keunggulan bisnis nasional yang telah ditekuni, serta jaringan yang luas yang dimiliki oleh Grup Alfa melalui perusahaan ritelnya, Bank Sampoerna diharapkan dapat terus berkembang serta berkontribusi secara signifikan di sektor mikro dan UKM.