SoD UPH Siap kirim 858 Face Shield Gratis Hasil Kolaborasi Media Sosial dan Fasilitas Canggih

Sekali lagi peran media sosial mampu menjadi pendongkrak gerakan positif yang berdampak dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kali ini gerakan para akademisi dan FabLab (Fabrikasi Laboratorium) di Amerika yang meramaikan dunia maya dengan hashtag #operationPPE (Operation Personal Protective Equipment) juga turut menginspirasi School of Design (SoD) Universitas Pelita Harapan (UPH). Gerakan ini merupakan gerakan pembuatan APD menggunakan teknologi prototyping. SoD UPH menggabungkan ide tersebut dengan kecanggihan fasilitas SoD UPH dalam memproduksi dan memberikan face shield secara gratis kepada tenaga medis dan non medis.

Gerakan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara teknologi, sisi humanisme, dan media sosial mampu menciptakan hal yang positif. Media sosial tidak hanya sekadar jadi media tempat berkomentar tanpa arah, tetapi  mampu jadi ide sekaligus corong penggerak sebuah gerakan sosial yang nyata.

Hal ini diakui juga oleh Jacky Thiodore, S.Ars., M.Arch. – Kordinator gerakan donasi Alat Pelindung Diri (APD) Face shield, bahwa keinginan untuk berkontribusi mencukupi kebutuhan APD merupakan sisi humanisme yang mendasari gerakan ini. Tentunya adanya fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang mumpuni juga berperan dalam kelancaran gerakan ini. SoD UPH memiliki 12 maker bot 3D printing dan mesin lasercut, sehingga proses pembuatan face shield dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu penyeberan informasi melalui media sosial terbukti efektif, terlihat dari antusiasme pemesanan hingga 858 face shield dalam kurun waktu 4 minggu.

Lantaran kegiatan belajar-mengajar di UPH sudah dilakukan secara online dan tidak ada lagi aktivitas di kampus, Jacky bersama tim melihat ini merupakan momentum untuk lebih produktif untuk mengoptimalkan fasiltas di SoD UPH untuk sesuatu yang lebih berdampak bagi masyarakat.

“Bersama 7 orang lainnya yang terdiri dari dosen dan laboran, melakukan padat karya penyelesaian APD ini untuk setiap batch-nya. Mulai dari proses besar dengan menggunakan 3D Printing dan mesin Lasercut, pekerjaan manual, hingga proses penerimaan pesanan dan pengiriman produk dilakukan oleh tim SoD,” jelas Jacky

Jacky menambahkan dalam pembuatannya, APD Face Shield buatan SoD ini mengadopsi 2 desain dari Cornell University dan Form-operation yang mampu menjawab 2 kriteria produk yang ingin dibuat yaitu nyaman dan aman. Nyaman artinya tidak berat dan sesuai dengan anatomi wajah. Aman artinya menutupi wajah, durable, dan mudah dibersihkan. Selain itu pembuatan face shield ini juga menjadi bukti implementasi keilmuan di bidang desain, yaitu melalui penerapan Teknik Rapid Prototyping.

“Teknik ini merupakan teknik memfabrikasi produk dari sebuah data digital (CAD-computer aided design) dengan cepat. Di program studi Arsitektur UPH teknik Rapid Prototyping ini, diajarkan dalam materi fabrikasi digital sehingga mahasiswa dapat menggunakan teknologi 3Dprinter, Lasercut, CnC (Computer Numerical Control) untuk memproduksi desain mereka,” tambah Jacky.

Diakui Jacky, produksi face shield SoD sendiri memang belum diuji klinis ataupun pengajuan lolos persyaratan anti-infeksi karena prosesnya butuh waktu. Namun material face shield yang diproduksi merupakan material yang dapat dibersihkan dengan alkohol. Untuk penggunaan pun Jacky menganjurkan agar selalu dibersihkan berkala. Meski demikian menurut Jacky, face shield ini telah mendapat feedback positif yaitu face shield produksi UPH memiliki material dan kualitas yang dapat diandalkan di masa darurat.

Berupaya untuk mengakomodir segala permintaan yang masuk; di minggu pertama, SoD UPH sudah mengirimkan 180 face shield yang telah diberikan secara gratis kepada 2 RS Rujukan, 8 RS daerah, klinik, serta komunitas atau individu dari beberapa instansi. Hingga minggu ke-4, total 858 face shield sudah diberikan kepada kurang lebih 25 rumah sakit dan puskesmas, juga kepada individu yang membutuhkan. Jacky juga menambahkan bahwa proyek APD face shield gratis ini sepenuhnya dibiayai oleh SoD UPH.

Meresponi hal ini Dr. Martin Luqman Katoppo, S.T., M.T. – Dekan SoD UPH bersyukur atas inisiatif ini dan membuktikan komitmen SoD UPH untuk menerapkan keilmuan desain sebagai solusi untuk melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

“Gerakan ini merupakan sumbangsih nyata yang bisa SoD UPH lakukan dalam situasi pandemi ini, bukti dari key values kami yang ingin berdampak pemulihan, menjadi berkat dan terang bagi sesama, dan bergotong-royong membantu pemerintah menghadapi situasi ini,” tegas Martin.

Kondisi saat ini merupakan sebuah situasi yang membuat sistem hidup tidak berfungsi, sehingga dibutuhkan peran beragam lapisan masyarakat untuk bersama menghadapi pandemi ini. Untuk itu UPH mengapreasiasi inisiatif gerakan-gerakan positif yang muncul di tengah komunitas UPH. Mari bersatu menghadirkan solusi kreatif di situasi pandemi saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *