Jakarta, 19 Mei 2020 – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif terus berupaya mengoptimalkan promosi produk pariwisata ke negara-negara fokus pasar wisatawan dengan melibatkan peran perwakilan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri atau VITO (Visit Indonesia Tourism Officer).
Setelah sebelumnya menggelar webinar bersama VITO Prancis, Inggris dan Jerman, kini Kemenparekraf/Baparekraf menggelar webinar bersama VITO Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Hongkong.
Dalam acara kali ini, dibahas upaya dan kebijakan pemerintah Indonesia serta product update dari pariwisata Indonesia ke negara-negara fokus pasar wisatawan
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya dalam keterangannya, Selasa (19/5/2020) mengatakan, kegiatan webinar kali ini untuk membahas strategi dan upaya kesiapan Indonesia memasuki masa new normal serta product update untuk pasar Tiongkok dan Hongkong.
“Webinar pasar Great China bertemakan ‘Re-Aligning Our Priorities After COVID-19’ ini dilakukan untuk menjaga brand awareness Indonesia, sehingga nantinya wisman tidak perlu ragu untuk mendatangi Indonesia karena kebijakan mengenai gerakan Indonesia Bersih, Sehat, dan Aman (Clean, Health and Safety/CHS) merupakan upaya pemerintah Indonesia yang tanggap terhadap the new normal,” kata Nia Niscaya.
Nia mengatakan, pandemi COVID-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan, termasuk sektor pariwisata. Pemberlakuan social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam waktu singkat ikut mengubah pola pemasaran pariwisata.
Dalam filosofi Tiongkok dikenal istilah weiji yang berarti krisis. Weiji terdiri dari dua kata, yakni wei yang berarti bahaya dan ji yang berarti peluang. Oleh sebab itu dalam kondisi yang kurang menguntungkan ini diperlukan strategi pemasaran yang tepat sekaligus dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi pariwisata Indonesia di masing-masing pasar.
Kegiatan seminar berbasis digital ini kemudian menjadi salah satu cara yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf untuk melakukan soft selling destinasi yang ada di Indonesia dan diharapkan Indonesia tetap menjadi favorit bagi wisman untuk berkunjung.
Tercatat, hasil poling yang dilakukan saat Webinar pasar Great China, Bali masih menjadi destinasi favorit untuk pasar Tiongkok dengan persentase 86 persen, disusul Manado dan Lombok yang masing-masing memperoleh persentase 7 persen, Borobudur 5 persen dan Batam/Bintan 2 persen.
Nia juga memperkirakan bahwa Bali akan menjadi salah satu destinasi utama yang relatif lebih cepat pulih dan banyak dikunjungi wisatawan begitu pandemi dinyatakan usai. Didukung dengan kenyataan bahwa Bali selama ini merupakan destinasi wisata utama dan termasuk propinsi yang terbukti mampu menahan laju penyebaran covid19 makin meluas di masyarakat melalui local wisdom dan peran desa adatnya.
Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio telah menetapkan Bali sebagai pilot project untuk penerapan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) untuk diterapkan di bandara, destinasi, dan mendorong pengelola usaha pariwisata lainnya, seperti hotel dan restoran sebagai strategi mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi COVID-19. Setelah Bali, menyusul destinasi lainnya secara bertahap.
“Bali menjadi prioritas, setelahnya ada Joglosemar dan Kepri yang menjadi pintu masuk wisatawan dari Singapura. Kemudian 5 destinasi super prioritas. Kami tidak ingin wisatawan kecewa, sehingga kami mendorong industri untuk menerapkan CHS ini dengan baik dan berstandar Internasional,” tutup Nia.