Budidaya Laut Terus Berkembang, Menteri Edhy Panen Bawal Bintang di Kepulauan Seribu

JAKARTA (19/5) – Menteri Kelautan dan Perikanan ( KKP), Edhy Prabowo didampingi Dirjen Perikanan Budidaya, Kepala BKIPM, Staf khusus dan Bupati Kepulauan Seribu melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, Selasa (19/5). Kunker tersebut untuk memastikan kondisi pengembangan budidaya laut di Kabupaten Kepulauan di Provinsi DKI tersebut, sekaligus melakukan panen beberapa komoditas unggulan yakni kakap putih, bawal bintang sirip pendek, dan udang vaname milik perusahaan PT. Lucky Samudera, dan juga panen rumput laut milik masyarakat di sekitar Pulau Karya.

Sebagai informasi kegiatan panen di PT. Lucky Samudera tersebut menghasilkan sebanyak 3 ton untuk komoditas bawal bintang, 1 ton untuk komoditas kakap putih dan 1 ton untuk komoditas udang vanamei. Kegiatan panen dilakukan dengan intensitas 4 kali dalam satu minggu.

Dalam arahannya Menteri Edhy menyampaikan sejumlah harapan agar potensi budidaya laut (marikultur) betul betul dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, meski dalam suasana pandemi Covid-19, proses produksi tetap harus produktif yakni dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik. Ia juga menilai kegiatan panen komoditas unggulan marikultur ini, mengindikasikan mulai adanya proses recovery kondisi ekonomi terutama berkaitan dengan terbukanya market demand khususnya untuk komoditas ekspor.

“Saya rasa ini langkah yang menggembirakan, bahwa ditengah tempaan wabah Covid-19 aktivitas proses produksi tetap berjalan. Apalagi ini khan orientasinya ekspor. PT Lucky Samudera ini telah 40 tahun berinvestasi di Indonesia dan bisa bertahan sampai saat ini. Tentu ini luar biasa. Tadi dikatakan perusahaan mengekspor produknya ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, China, Jepang, dan Thailand. Ini tentu indikasi market demand di negara negara tujuan ekspor mulai terbuka. Oleh karena nya, ini peluang bagi kita untuk mengisi pasar yang ada”, jelas Edhy.

Menteri Edhy juga meyakini bahwa industri pangan, terutama ikan tidak akan lesu. “Industri makanan dan permintaan terhadap pangan tetap meningkat. FAO mengatakan bahwa sektor industri secara keseluruhan memang turun 25%, tapi industri makanan justru naik 25%. Ini karena orang lebih suka masak dan sering makan selama WFH (work from home) ini. Oleh karenanya ini sebenarnya potensi besar hanya pola hidup saja yang berubah, jadi tidak usah khawatir bahwa yang diproduksi tidak akan laku”, ungkap Edhy.

Saat dimintai keterangan, Presiden Direktur PT. Lucky Samudera, Misai, mengungkapkan bahwa perusahaannya tetap konsisten melakukan proses produksi marikultur hingga saat ini terutama untuk komoditas kakap putih dan bawal bintang dan masih bisa bertahan hingga saat ini.

“Kami selalu welcome pada siapapun, terbuka untuk belajar, membuka peluang bekerja dan tentu saja terbuka untuk kerja sama dalam upaya pengembangan usaha. Ini saya kira kunci kami bisa bertahan hingga saat ini”, tegas Misai.

Dirinya mengaku perusahannya dalam setahun mampu memproduksi ikan bawal bintang ± 400 ton per tahun, ikan barramundi (kakap putih) ± 30 ton per tahun, ikan kerapu ± 2 ton per tahun dan udang vanamei sebanyak ± 2 ton per tahun. Dengan produk yang dihasilkan berupa Ikan Fillet, Ikan WR (Whole Round) dan ikan WGG (Whole Gilled Gutted). Tujuan ekspor utama yakni Amerika Serikat, Jepang, China, Singapura dan Thailand, sedangkan di dalam negeri untuk memasok restoran, hotel dan supermarket. Bicara mutu, perusahaan telah menerapkan HACCP dan GMP sehingga menghasilkan produk dengan kualitas dan mutu yang terjamin.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam kesempatan yang sama menyatakan bahwa KKP tengah merancang pengembangan marikultur melalui pengelolaan berbasis WPP. Menurutnya, melalui pengelolaan ini nanti akan dipetakan komoditas unggulan yang bisa dikembangkan di 11 WPP-RI melalui pengelolaan yang integratif dan ramah lingkungan.

“KKP bersama Bappenas dan Kemenko Maritim dan Investasi, sudah mulai merancang bagaimana melakukan transformasi pengelolaan WPP salah satunya memanfaatkan potensi unggulan budidaya. Untuk itu, kami akan dorong setidaknya lima komoditas unggulan sesuai karaktetistik WPP sendiri”, jelas Slamet.

Slamet juga membeberkan sejumlah keunggulan ikan kakap putih dan bawal bintang. Menurutnya dua komoditas ini dari segi teknologi telah terkuasai dengan baik, disamping pangsa pasar yang sangat terbuka baik untuk suplai market dalam negeri maupun ekspor.

“Keunggulan kakap putih dan bawal bintang itu, pertama teknologi sudah kita kuasai full dan pasar yang luas. KKP melaui UPT juga memastikan terus menggenjot produksi benih agar bisa mensuplai kebutuhan benih di seluruh Indonesia. Saya rasa masalah ketersediaan benih tidak ada masalah”, aku Slamet.

Sementara itu, Bupati Kepulauan Seribu, Husein Murad, berharap pemerintah pusat dalam hal ini KKP memberi perhatian lebih pada masyarakat pesisir di Kepulauan Seribu, mengingat potensi budidaya laut yang besar dan dapat menjadi andalan perekonomian masyarakat. Apalagi menurutnya saat ini, Kepulauan Seribu merupakan kawasan strategis parawisata nasional, yang jika mampu dikolaborasikan akan menjadi potensi ekonomi yang besar.

“Kami punya potensi budidaya laut yang besar untuk pengembangan KJA untuk kakap putih, bawal bintang dan rumput laut. Hal strategis lainnya jarak Kepulauan Seribu dengan Jakarta ini sangat dekat, dan langsung menjadi target pasar yang potesial”, kata Husen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *