KKP dan UNIDO Selenggarakan ToT Tentang Penerapan CPIB Ikan Patin dan Lele

Sharing is caring!

JAKARTA (7/5)Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) selenggarakan pelatihan Penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) ikan patin dan lele bagi para Pembina Mutu CPI, Rabu (5/5). Pembinaan terhadap Tim Pembina Mutu CPIB terus dilakukan meskipun di masa Pandemi CIVOD-19 sehingga mutu benih yang dihasilkan sesuai dengan standar. Kegiatan dirancang dalam format webinar melalui video conference.

Sebelumnya KKP dan UNIDO juga menyelenggarakan Webinar untuk sosialisasi mengenai ISO 17065, ISO 17067 dan ISO 17032 mengenai persyaratan lembaga sertifikasi proses, produk dan jasa dalam rangka akselerasi IndoGap kegiatan ini juga dihadiri oleh para auditor CBIB seluruh Indonesia.

Sekedar informasi, UNIDO sebagai organisasi dibawah PBB memang telah bekerjasama dengan KKP terutama dalam pengembangan komoditas unggulan seperti rumput laut, ikan patin, lele, udang, bandeng dan pengembangan pakan mandiri. Adapun fokus kerjasama tersebut yakni di bidang pelatihan dan pengembangan sistem informasi yang dapat diakses oleh para pembudidaya ikan.

Sebagaimana diketahui komoditas patin dan lele saat ini merupakan produk unggulan perikanan budidaya yang telah memasyarakat. Permintaan terhadap dua komoditas ini terus naik dan diprediksi trendnya akan terus meningkat. KKP dengan APCI juga telah berhasil membuka peluang ekspor patin ke Timur tengah dengan memperkenalkan branding Indonesian Pangasius.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta (7/5), mengatakan bahwa penyelenggaraan ToT terhadap para auditor bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi para auditor CPIB dalam penerapan CPIB ikan patin dan lele dan secara langsung ada transfer knowledge terhadap para pembudidaya.

“Auditor harus terus di-refresh khususnya mengenai penguasaan terkait mutu melalui cara perbenihan/pembudidayaan ikan yang baik. Mereka yang nantinya bertanggungjawab melakukan transfer pengetahuan terhadap masyarakat. Dengan demikian, produktivitas benih bermutu akan terjamin”, jelas Slamet.

Slamet juga menambahkan bahwa seiring tingginya permintaan pasar terhadap komoditas patin dan lele, memicu tingginya tuntutan ketersediaan benih yang terjamin baik jumlah maupun kualitas. Minimnya pengetahuan pembenih terkait dengan penerapan CPIB menjadikan mutu benih yang dihasilkan menurun, disisi lain juga berimbas terhadap produktivitas. Menurutnya ada dua yang akan didorong yakni mutu dan produktivitas.

“Dua hal penting yang akan didorong yakni peningkatan mutu benih melalui penerapan CPIB dan tata logistik benih yang efisien. Yang kedua, yakni peningkatan produktivitas melalui intensifikasi sistem perbenihan dan mendorong industrialisasi benih”, pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Budidaya Patin APCI, Imza Hermawan yang juga narasumber dalam kegiatan ToT tersebut mengungkapkan bahwa suplai benih yang cukup dan bermutu menjadi faktor paling pokok untuk menggenjot produksi budidaya. Menurutnya, Pemerintah perlu menentukan langkah konkrit untuk mewujudkan swasembada benih nasional.

“Di masa pandemi Covid-19 diakui terutama untuk wilayah Jawa Timur memang ada penurunan ketersediaan benih patin. Saya rasa ini yang perlu kita carikan solusi. Selain peningkatan mutu melalui CPIB, keterjaminan akses induk/calon induk unggul bagi para pembenih harus dijamin, sehingga produktivitas bisa didorong”, tegas Imza.

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *