Tiga Tahun Perjalanan PATBM, Kemen PPPA Gelar Jambore Nasional Kami Berlian


Warning: mysqli_query(): (HY000/1114): The table '(temporary)' is full in /home/u6998656/public_html/wp-includes/class-wpdb.php on line 2345

Jakarta (25/11) – Sebanyak 560 aktivis perlindungan anak berbasis masyarakat (PATBM) dari 34 provinsi di Indonesia menghadiri Pertemuan Jambore Nasional Kader Masyarakat Indonesia Bersama Lindungi Anak (KAMI Berlian) 2019 di Jakarta. Pertemuan ini merupakan bentuk perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) kepada para pejuang hak dan pelindung anak Indonesia dari unsur masyarakat yang selama ini berjuang di desa-desa Model PATBM.

”Kami harap pertemuan ini dapat menjadi sarana untuk mengevaluasi manfaat PATBM bagi masyarakat dalam menurunkan angka kekerasan pada anak selama tiga tahun pelaksanaannya. Beberapa pengalaman di berbagai daerah membuktikan bahwa konsep PATBM benar-benar mampu menumbuhkan inisiasi masyarakat dalam menemu-kenali, menelaah, memahami, dan mengambil inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri,” ungkap Deputi Bidang Perlindungan Anak, Nahar dalam sambutannya pada acara Jambore Nasional KAMI Berlian 2019.

Nahar mejelaskan bahwa PATBM dibentuk untuk merespon tingginya kasus kekerasan terhadap anak di masyarakat. Melalui gerakan ini, Kemen PPPA mengajak semua unsur sampai pemerintahan terbawah di Desa/Kelurahan untuk menyelesaikan masalah kekerasan pada anak di masyarakat, upaya penerapan perlindungan anak, mencegah kekerasan terhadap anak, dan menanggapi kekerasan.

“Gerakan PATBM telah berjalan selama 3 (tiga) tahun, berawal di 136 Desa yang menjadi pilot project, saat ini PATBM telah berkembang di 764 Desa di seluruh Indonesia. Selama tiga tahun perjalanannya, berbagai tantangan harus dihadapi para Fasilitator dan Aktivis PATBM dalam melakukan upaya perlindungan anak, seperti jumlah kasus kekerasan terhadap anak yang cukup signifikan dan makin beragam permasalahannya, ditambah pesatnya perkembangan teknologi,” tutur Nahar.

Di samping itu, Nahar juga menambahkan hambatan lainnya yaitu terbatasnya SDM potensial untuk pengembangan PATBM sementara isu anak semakin banyak dan berkembang; terjadinya regenerasi aktivis Desa/Kelurahan PATBM; Indonesia mempunyai kultur, budaya, dan agama yang berbeda-beda.

“Sinergitas dari berbagai lembaga kemasyarakatan juga sangat diperlukan untuk mendukung berbagai kegiatan PATBM agar terlaksana dengan baik. Seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan, dan tokoh penggiat aktivis anak dan keluarga yang ada di sekitar lingkungan desa/kelurahan PATBM,” pungkas Nahar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *