Kementerian Perindustrian sedang fokus meningkatkan daya saing industri elektronika dan telematika agar bisa lebih kompetitif di kancah global. Sebab, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri elektronika merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan dan menjadi sektor pionir dalam impementasi industri 4.0.
“Oleh karena itu, kami aktif memperkenalkan potensi-potensi yang telah dimiliki industri elektronika konsumsi dan komponen, industri teknologi informasi dan komunikasi, serta industri software dan konten,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Harjanto dalam sambutannya pada Pembukaan Pameran Produk Elektronika Dan Telematika di Jakarta, Selasa (15/10).
Harjanto mengungkapkan, pihaknya terus berupaya menarik investasi dalam rangka menguatkan struktur industri elektronika di Tanah Air. Selain itu bertujuan untuk menghasilkan produk substitusi impor serta memacu agar bisa menembus pasar ekspor. “Hal ini juga sejalan dengan kebijakan mendorong pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN),” terangnya.
Industri elektronika konsumsi dan komponen menjadi sektor yang terus berkembang secara konsisten dari tahun ke tahun. Aspek-aspek utama yang selalu dikembangkan oleh industri tersebut, antara lain berkaitan dengan kualitas produk yang meliputi standar keselamatan, efisiensi, dan lingkungan.
“Arah pengembangan yang saat ini menjadi perhatian di seluruh dunia adalah transformasi dari produk konvensional menjadi smart appliances,” ujarnya. Maka itu,tujuan utama dari penerapan teknologi digital dalam peralatan elektronik adalah meningkatkan efisiensi dalam penggunaannya yang didasarkan dengan teknologi internet of things (IoT).
Harjanto pun menyampaikan, agar produk industri elektronika dalam negeri dapat bersaing di pasar global, diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) dan ditopang oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompoeten. “Guna mendukung hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan super deduction tax yang dapat dimanfaatkan industri yang berinisiatif untuk meningkatkan kapabilitasnya,” jelasnya.
Sementara itu, mengenai industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Harjanto mengemukakan,sektor tersebut memiliki karakteristik perkembangan teknologi tercepat. Dinamika ini merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan oleh pelaku industri dalam negeri untuk dapat menghasilkan produk-produk IT Solution.
“Making Indonesia 4.0 yang merupakan program pemerintah untuk mendorong penerapan teknologi digital agar bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas, didasarkan pada penerapan teknologi IoT. Pengembangan IoT Devices tidak hanya didasarkan pada teknologi, tetapi juga kreativitas pembuatnya dalam mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh target customer-nya,” paparnya.
Dalam upaya meningkatkan kapabilitas kemampuan industri IoT dalam negeri, pemerintah juga memacu para IoT Makers untuk terus mendorong imajinasi dan kreativitas dalam menciptakan solusi IoT karya anak bangsa melalui sinergi dengan asosiasi dan industri ataupun melalui kegiatan kompetisi.
Sedangkan, industri software dan konten, yang merupakan industri kreatif,saat ini sangat membutuhkan keunggulan SDM untuk dapat bersaing secara global. “Pada umumnya, industri di bidang ini berbasis pada Platform Open Source yang digunakan untuk menghasilkan aplikasi, games, atau konten yang bernilai jual tinggi,” imbuhnya.
Persaingan dalam industri tersebut sangat tinggi karena hasil produksinya harus bersaing dengan kreator-kreator dari seluruh dunia yang dapat dengan mudah terhubung melalui internet. Eksistensi Industri software dan konten dalam negeri juga harus terus didorong untuk dapat ikut berpartisipasi dalam rantai nilai global seperti para digital talent Indonesia yang ikut terlibat dalam proyek-proyek skala dunia seperti industri perfilman ataupun industri game.
“Pentingnya peran SDM dalam pengembangan industri software dan konten menjadi fokus program pemerintah, dimana kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan kompetisi atau lomba selalu diadakan untuk dapat meningkatkan kapabilitas digital talent Indonesia,” tuturnya.
Genjot ekspor
Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kemenperin, R. Janu Suryanto mengungkapkan, penurunan impor produk elektronik pada tahun ini dinilai menjadi momentum yang baik untuk memperbaiki kinerja neraca perdagangan di sektor tersebut. Selain itu, pihaknya juga gencar memacu industri elektronika dalam negeri dapat memperluas akses pasarnya ke mancanegara.
“Kami terus mendorong ekspor produk elektronik lokal. Salah satu produk, berupa air purifier, hasil karya perusahaan nasional sedang dalam masa percobaan untuk ekspor ke Amerika Serikat,” ujarnya. Selain itu, produsen mesin cuci tengah menjajaki untuk menembus pasar Nigeria.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Januari-Agustus 2019, nilai ekspor mesin/peralatan listrik mencapai USD5,55 miliar. Sedangkan, nilai impor mesin/peralatan listrik mencapai USD12,60 miliar atau menurun sekitar 10,97% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Pada triwulan terakhir 2019, Janu mengatakan, pihaknya masih optimistis mengejar peningkatan ekspor produk elektronika. Pasalnya, sejumlah perusahaan industri elektronika di Batam, seperti PT Satnusa Persada dan PT Pegatron Technology Indonesia, baru-baru ini mendapatkan kontrak baru untuk memasok produknya ke Amerika Serikat.
“Peluangnya masih terbuka karena berkurangnya pasokan produk elektronika dari China ke Amerika Serikat. Selain itu, PT Panasonic Manufacturing Indonesia baru-baru ini memperluas basis ekspornya ke Taiwan. Bahkan, LG Electronics Indonesia, juga berencana untuk memasok AC portable ke Amerika Serikat dalam jumlah yang besar,” paparnya.
Lebih lanjut, Janu menegaskan, pemerintah juga fokus mendorong industri elektronik di dalam negeri agar tidak hanya terkonsentrasi pada perakitan, tetapi juga terlibat dalam lingkaran rantai pasok bernilai tambah tinggi. Langkah strategis ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan investasi.
Sepanjang tahun 2018, nilai investasi industri elektronik menyentuh di angka Rp12,86 triliun, naik dibanding tahun 2017 sebesar Rp7,81 triliun. “Tahun ini, ditargetkan ada beberapa investasi baru yang akan masuk, yang secara total nilainya mencapai Rp1,3 triliun dengan proyeksi penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan sebanyak 248,5 ribu orang,” ungkapnya.
Janu mengemukakan, investor tersebut di antaranya dari industri semikonduktor dan komponen elektronik, industri peralatan listrik rumah tangga, industri komputer, barang elektronik, dan optik, serta industri peralatan teknik. Mereka itu, di antaranya PT Sammyung Precision Batam, PT Simatelex Manufactory Batam, PT Pegatron Technology Indonesia, dan PT Siix Electronics Indonesia.