Jakarta, 7 Oktober 2019 , Kemendikbud — Pekan Kebudayaan Nasional Tahun 2019 resmi dibuka oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (7/10). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menegaskan kembali bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia bukan hanya menghadirkan kesejahteraan yang dicapai melalui pembangunan ekonomi saja. Tetapi memerlukan pembangunan yang lebih komprehensif dan secara mendasar menyentuh dimensi manusia.
“Tetapi juga dan terutama tercapainya Indonesia bahagia,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy dalam sambutannya.
Mendikbud menegaskan kembali bahwa visi besar berbangsa dan bernegara terkandung di dalam alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yakni “Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Jika dirumuskan lebih singkat, maka visi tersebut sesuai dengan lirik pada stanza kedua Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, yakni “Indonesia bahagia”.
“Karena itu, sudah tepatlah bila Pekan Kebudayaan Nasional ini mengangkat tema ‘Ruang Bersama Indonesia Bahagia’,” tutur Mendikbud.
Muhadjir mengingatkan bahwa pembangunan manusia pada hakikatnya merupakan pembangunan yang berbasiskan kebudayaan. “Dalam menghidupkan kreativitas dan keanekaragaman ekspresi budaya, kita memerlukan ruang interaksi yang inklusif. Tidak ada keanekaragaman budaya tanpa interaksi yang melibatkan semua golongan,” tuturnya.
Agar tetap menjaga kebinekaan, maka menurut Muhadjir, interaksi sosial di masyarakat yang multikultural wajib diberikan ruang. “Di sinilah Pekan Kebudayaan Nasional memainkan peranan penting,” imbuh Mendikbud.
Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, maka salah satu peranan penting kebudayaan nasional menurut Mendikbud, sebagai alat penangkal berbagai ancaman dari luar. Khususnya dari pengaruh ideologi dan pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
“Jadi untuk menangkal ancaman-ancaman dari luar, terutama pemikiran dan ideologi dari luar itu tidak harus dengan kekerasan, tetapi dengan soft approach atau pendekatan budaya,” kata Muhadjir.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid melaporkan setidaknya terdapat 245 kegiatan dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional selama 7 (tujuh) hari penyelenggaraannya. Terdapat 4 (empat) kompetisi permainan tradisional, 6 (enam) kompetisi karya budaya, 27 konferensi kebudayaan, 120 pertunjukan, 17 pameran budaya, 10 lokakarya warisan budaya, 50 ragam kuliner tradisional, dan sebuah pawai budaya yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2019.
“Keseluruhan rangkaian kegiatan ini dibangun atas dasar gotong-royong dengan para pemangku kepentingan, para pelaku dan pegiat budaya, serta berbagai unsur kementerian/lembaga lain dan pemerintah daerah,” ujar Hilmar Farid.
Berbagai pihak yang terlibat dalam gotong royong penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Nasional meliputi 58 sanggar dan komunitas, 31 seniman dan musisi, serta lebih dari 3.500 peserta pawai budaya dari 26 provinsi dan komunitas budaya.
Jaringan Kebudayaan Nasional
Makin surutnya kegiatan berkebudayaan di berbagai daerah serta maraknya intoleransi di masyarakat menjadi urgensi penyelenggaraan kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional. Sebagai ruang bersama, PKN diharapkan dapat mendorong terwujudnya sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati di antara anak bangsa.
Menteri Muhadjir Effendy juga mengingatkan tugas bersama seluruh pemangku kepentingan kebudayaan nasional adalah mengkonsolidasi kekuatan budaya yang ada. Kemudian mengkapitalisasinya sehingga menjadi kekuatan nasional.
“Salah satu langkah terpenting dalam hal ini adalah membangun keterhubungan antar ekspresi dan inisatif budaya dari seluruh pelosok tanah air. Kita butuh gerakan budaya yang terpadu, tidak tercerai-berai,” tutur Guru Besar Universitas Negeri Malang ini.
Dilanjutkan Mendikbud, bahwa yang di
butuhkan saat ini adalah sebuah jaringan kerja kebudayaan. Pekan Kebudayaan Nasional menjadi platform tempat semua pelaku dan pemangku kepentingan dapat terlibat dalam upaya memajukan kebudayaan Indonesia.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan rencana berbagai pihak untuk menjadikan Pekan Kebudayaan Nasional sebagai kegiatan reguler yang diselenggarakan setiap tahun. Jika Pekan Olahraga Nasional (PON) diselenggarakan berbasis kompetisi olah raga, maka PKN diharapkan lebih menjadi pemicu kerja kolaborasi antarpegiat kebudayaan nasional.
“Di dalam kebudayaan bahasanya kerja sama, bahasa kolaborasi, bahasa gotong royong. Dan ini menjadi landasan pemikiran dari Pekan Kebudayaan Nasional,” ungkap Dirjen Hilmar.
Pekan Kebudayaan Nasional berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada tanggal 7 hingga 13 Oktober 2019. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Pengunjung dapat melakukan pendaftaran serta menemukan informasi seputar jadwal kegiatan pada laman pkn.kebudayaan.id. (*)