Warning: mysqli_query(): (HY000/1114): The table '(temporary)' is full in /home/u6998656/public_html/wp-includes/class-wpdb.php on line 2345

Labuan Bajo, NTT – (25/9) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerjasama dengan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur dan Yayasan Sejiwa menyelenggarakan Sosialisasi ‘Aku Netizen Unggul’ di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Sosialisasi ini merupakan upaya memperkuat perlindungan anak khususnya dalam pencegahan kejahatan seksual anak melalui media ranah daring.
“Melalui sosialisasi ini, kami harap dapat membangun kapasitas pencegahan pornografi dengan membangun kesadaran dan memberikan pemahaman bagi anak-anak, para pendidik dan orangtua akan bahaya pornografi. Untuk selanjutnya, ikut menginformasikan pesan penting tersebut ke masyarakat. Serta memperkuat komitmen masyarakat untuk meminimalisir dampak negatif dari konten digital dan media sosial bagi tumbuh kembang anak, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat,” ungkap Deputi Bidang Perlindungan Anak, Nahar.
Nahar menjelaskan saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet cukup besar. “Hasil Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2018 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 171,17 juta atau 51,5% dari 264 juta total populasi penduduk Indonesia. Sedangkan hasil survei Kominfo pada 2018, sebesar 66,31% penduduk Indonesia telah memiliki gawai. Bahkan 65,34% anak usia 9 sampai 19 tahun telah memiliki gawai,” tutur Nahar.
“Penggunaan internet sebenarnya memiliki sisi positif yaitu mempermudah kita dalam memperoleh informasi, data, bisnis, dan sebagainya. Namun sisi negatif yang ditimbulkan begitu mengkhawatirkan, yaitu meningkatnya kejahatan seksual melalui media ranah daring, seperti maraknya kejahatan anak di bidang pornografi dan semakin banyaknya predator anak,” terang Nahar.
Kemen PPPA dengan Catapedia juga telah melakukan survei yang menunjukan hasil yaitu terdapat 63.066 paparan pornografi melalui Google, Instagram dan berita ranah daring lainnya. Sementara itu, data unit Cybercrime, Bareskrim POLRI pada Januari hingga Agustus 2019 menunjukan terdapat 298.329 IP address yang mengunggah dan mengunduh konten pornografi anak.
Pemilik Yayasan Sejiwa, Diena Haryana mengungkapkan bahwa dampak pornografi sangatlah berbahaya bagi anak dan bisa merusak lima bagian otak sekaligus. Khususnya pada bagian Pre Frontal Cortex (PFC). Padahal fungsi PFC ini sangat penting dalam melakukan dan mengontrol etika dan kontrol diri. “Di usia antara 13-18 tahun seperti kalian saat ini, masih harus melewati proses sangat panjang dalam perkembangan otak hingga matang di usia 25 tahun nanti. Jika sebelum usia tersebut otak mengalami gangguan, maka perkembangan otak anak tidak bisa optimal,” jelas Diena.
“Adik-adik, kalian harus punya pertahanan diri untuk melawan siapa pun yang mengajak untuk terjerumus ke dalam pornografi. Kalian harus berani katakan tidak pada pornografi. Jaga diri baik-baik, jadilah netizen unggul yang memiliki karakteristik cerdas, berkarakter, mandiri, aktif, ceria, ramah, up to date, bertanggungjawab, disipilin, memiliki life skills atau keterampilan hidup dalam mengakses internet,” tambah Diena.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Martinus Ban mengungkapkan bahwa kegiatan sosialisasi ini sangat penting untuk masa depan anak-anak. Banyak pengetahuan penting dan bermanfaat bagi anak terkait bahaya pornografi dan bagaimana membentuk diri untuk menjadi netizen unggul.
“Kami harap anak-anak yang hadir di acara ini, dapat menjadi duta di sekolahnya untuk menyampaikan dan menyosialisasikan pengetahuan kepada teman teman mereka. Begitu juga untuk guru pendamping agar dapat menyampaikan pengetahuan kepada anak-anak di sekolah masing-masing. Serta pentingnya keterlibatan orangtua dalam membina dan mengembangkan pendidikan karakter anak untuk mempersiapkan masa depan mereka,” ujar Martinus.
Martinus menegaskan bahwa acara ini menjadi acuan pemda untuk memberikan perhatian khusus dan melanjutkan program ‘Aku Netizen Unggul’ di kab. Manggarai Barat, “Kami harap sosialisasi serupa dapat diselenggarakan setiap tahun, dan dikemas dengan lebih menarik agar anak-anak dapat memahami dampak positif dan negatif internet di era globalisasi saat ini. Apalagi labuan bajo menjadi daerah ecopariwisata premium yang memiliki kemajuan pesat di berbagai bidang. Tentu harus diikuti dengan peningkatan kualitas SDM, khususnya anak sebagai generasi penerus,” pungkas Martinus.