Inovasi Satu Klik Dukung Pertumbuhan Pesat Ekspor Pertanian Sumut

Belawan — Ekspor sejumlah komoditas hortikultura asal Sumatera Utara (Sumut) terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data pada sistem IQFAST (Indonesia Quarantine Full Automation System) di Karantina Pertanian Belawan tercatat pada tahun 2019, komoditas dari sub sektor hortikultura sebanyak 16 jenis produk, meningkat 25 % dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya 13 jenis. Tiga komoditi baru tersebut adalah kunyit, jus nenas dan sayuran petsai. Sedangkan untuk tujuan negara baru juga bertambah yaitu pada tahun 2018 ada 10 negara tujuan produk hortikultura, sedangkan tahun 2019 menjadi 12 dimana ada penambahan 2 negara baru tujuan ekspor yaitu Bangladesh dan Pakistan untuk komoditi jahe.

Jumlah sertifikasi karantina pada produk hortikultura untuk memenuhi persyaratan negara tujuan juga mengalami peningkatan. Yakni sebesar 19% dengan data Januari hingga September 2019 sebanyak 1.015 kali dengan total 22.757 ribu ton komoditas yang diekspor dibandingkan dengan tahun  2018 dan 846 kali dengan jumlah 19.543 ribu ton.

Dengan melihat pertumbuhan kinerja ekspor yang ada, Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Pertanian Belawan lakukan upaya untuk terus memacu kinerja ekspor hortikultura melalui inovasi layanan. Salah satunya dengan menyiapkan inovasi aplikasi “Satu Klik” atau One Click One Go. Ini merupakan inovasi layanan percepatan ekspor berbasis online. “Inovasi yang memberikan model dan solusi berkelanjutan harus kita dorong. Agar proses bisnis ekspornya cepat dan akurat. Ini akan berujung pada peningkatan daya saing produk pertanian kita di pasar global,” ungkap Ali Jamil, Kepala Barantan saat lakukan monitoring pemeriksaan karantina di gudang pemilik PT Argosari Sentraprima produk olahan hortikultura di Deli Serdang, Sumut, Minggu (22/9). 

Menurut Jamil, dengan inovasi layanan ini pelaku agribisnis melakukan permohonan/Laporan Pengeluaran Media Pembawa (SP1) diajukan secara online tanpa harus mengantar hardcopy ke counter, cukup datang sekali pada saat pembayaran dan pengambilan dokumen Phytosanitary Certificate (PC) sehingga dapat menghemat waktu. Inovasi layanan ini juga menerapkan “paper less” dimana kertas-kertas tidak digunakan lagi karena data sudah tersimpan di sistem IQFast. Layanan percepatan terus dilakukan sesuai dengan era 4.0.

Selain itu, pihaknya juga telah menerapkan pemeriksaan karantina di lokasi gudang pemilik. Hal ini diharapkan dapat mempercepat arus barang di tempat pengeluaran baik di pelabuhan maupun di bandara.

Penerapan sistem pemeriksaan karantina “jemput bola” ini tidak saja untuk percepatan proses bisnis ekspor namun juga untuk menjamin kesehatan dan keamanan produk pertanian, sehingga kita dapat menekan angka penolakan produk akibat adanya hambatan teknis. “Ini yang sangat kami jaga, pemeriksaan karantina yang akurat, produk harus memenuhi standard SPS, produk diterima dan eksportir tidak rugi,” tambah Jamil.

Ekspor Produk Olahan Hortikultura Sumut

Pada saat yang bersamaan, Jamil juga melepas ekspor produk pertanian asal Sumut dengan total sertifikasi sebanyak 50 dokumen sekaligus dengan nilai ekonomi mencapai Rp 37.7 miliar.

Masing-masing terdiri dari hasil olahan produk hortikultura berupa jus nenas sebanyak 6,4 ton, 9,2 ton jus pepaya dengan negara tujuan Vietnam. Dan 16 produk segar dan olahan hortikultura antara lain berupa sayuran kubis, jahe, ubi jalar beku, kentang, kentang beku, tepung serai, asam potong, mengkudu, kunyit dan sayuran petsai Adapun negara tujuan ekspornya adalah Jepang, Korea Selatan, India, Taiwan, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Thailand, Cina, Singapore, Vietnam dan Korea Selatan.

Jamil mengapresiasi langkah para pelaku agribisnis asal Sumut yang jeli mengambil peluang usaha, kreatif mengolah produk pertanian menjadi bahan setengah jadi, dan terus lakukan improvisasi terhadap komoditas ekspor dengan tetap menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

“Tadi saya mendapat penjelasan eksportir, produk olahan nenas dan pepaya ini sudah mulai diminati pasar internasional, Insya Alloh kedepan tidak hanya diekspor ke Vietnam melainkan bisa merambah ke negara lainnya dan akan terus bertambah,” tambah Jamil. 

Kepala Karantina Pertanian Belawan, Hasrul yang turut mendampingi Kepala Barantan dalam kunjungan kerjanya kali ini memaparkan kinerja ekspor sektor pertanian diwilayah kerjanya pada periode Januari sampai dengan September 2019. Tercatat 8.745 kali permohonan sertifikasi ekspor dengan total sebanyak 2.391 ribu tons dan 488 ribu metrik ton dengan nilai barang mencapai Rp. 9,5 triliun.

Langkah Proaktif Pacu Ekspor, Percepat Investasi Pertanian

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian untuk mendorong ekspor dan mempercepat invetasi pertanian, Karantina Belawan lakukan langkah proaktif dengan menginisiasi koordinasi dengan seluruh stake holder diwilayah kerjanya.

Langkah  ini diharapkan  mampu memetakan masalah sekaligus mencarikan solusi guna mendorong ekspor sekaligus dapat menarik investor dalam memanfaatkan potensi besar pertanian asal Sumut.

Untuk itu, inovasi yang disiapkan adalah layanan Pojok Ekspor Belawan. Inovasi ini merupakan fasilitas yang dapat memberikan informasi tentang persyaratan ekspor ke negara tujuan dan informasi lain yang disiapkan khusus bagi calon pelaku agrobisnis yang baru memasuki pasar ekspor.

Layanan ini juga dapat memberikan informasi terkait peluang investasi khususnya pada jenis usaha yang berkaitan dengan perkarantinaan yakni: fumigasi, kemasan kayu, rumah walet dan pemrosesan sarang walet.

Untuk percepatan layanan karantina, pada saat yang sama Kabarantan juga serahkan Surat Keputusan  penetapan tempat pemeriksaan In Line Inspection kepada PT Wahana Makmur, PT Musim Mas dan PT Smart TBK, serta kartu Priority Card Service juga diberikan kepada 3 pelaku usaha ini dimana penilaiaiannya adalah telah mampu memenuhi 3 kriteria bagi perusahaan dengan layanan prioritas. Pertama, komoditas yang diekspor memiliki risiko rendah (low risk); kedua, sudah ditetapkan sebagai Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) atau tempat lain untuk tindakan karantina tumbuhan; dan ketiga, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan karantina pertanian. Fasilitas percepatan layanan ini tetap akan mendapatkan monitoring secara periodik oleh Barantan.

“Ini instruksi Menteri Pertanian, permudah ekspor dan percepat invetasi dibidang pertanian. Ada kesulitan dalam prosesnya hubungi kami langsung,” tandas Jamil.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Syamsul Bahri yang juga hadir dan turut melepas ekspor menyatakan bahwa pihaknya siap lakukan pengembangan kawasan pertanian berorientasi ekspor guna menjamin ketersediaan bahan baku. Syamsul juga mengapresiasi langkah proaktif Kementan dalam mendorong ekspor sekaligus investasi pertanian di wilayah kerjanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *