Banjarbaru – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Banjarmasin kembali melepas ekspor 4,02 ton daun gulinggang ke Jepang.
Daun yang digunakan sebagai bahan obat herbal ini, dipelopori oleh pelaku usaha agribisnis asal Kalsel untuk tembus pasar ekspor di Jepang.
Dari data sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST di Banjarmasin tercatat hingga September 2019, ekspor daun gulinggang telah mencapai 115,6 ton atau 67,5 % dari total ekspor di tahun 2018 yang mencapai 171,1 ton.
“Kami berharap volume ekspor gulinggang ini dapat terus meningkat begitu juga dengan negara tujuannya, rasanya pasar Cina juga perlu dijajaki karena Cina juga dikenal sebagai negara pengkonsumsi herbal, ” ujar Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) saat kunjungan kerjanya di gudang pemilik daun gulinggang, Landasan Ulin, Banjarbaru, Selasa (17/9).
Jamil menjelaskan kunjungan kerjanya kali ini bertujuan selain untuk mengapresiasi pelaku usaha juga sekaligus untuk memastikan layanan “jemput bola” atau pemeriksaan karantina digudang pemilik yang telah ditetapkan sebagai Tempat Lain telah berjalan dengan baik. Dan juga menjajagi inovasi layanan lainnya yang dibutuhkan pelaku usaha.
Menurut Jamil, sebelum diekspor petugas karantina telah melakukan pemeriksaan dokumen dan fisik, guna memastikan kesehatan dan keamanan komoditas sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor.
“Tindakan karantina dilakukan untuk pastikan tidak ada hama penyakit sesuai persyaratan sanitary and phytosanitary measures agreements baru kemudian kita keluarkan sertifikat phytosanitary-nya sebagai jaminan dari otoritas karantina di Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, dilakukan juga pelepasan ekspor komoditas pertanian asal tumbuhan dan turunannya. Masing-masing adalah 135 ribu ton Palm Kernel Expeller (PKE) tujuan Vietnam; 304,5 ton Palm Kernell Oil (PKO) tujuan Tiongkok; 201,6 ton karet lempengan tujuan India dan 40,365 meter kubik tujuan India. Adapun total nilai ekonomi pada pelepasan ekspor produk pertanian asal Kalsel kali ini adalah Rp. 547.5 miliar.
Sarang Burung Walet, Potensi Ekspor Baru dari Kalimantan Selatan
Dari sektor komoditas hewan, sarang burung walet (SBW) memiliki potensi sebagai penyumbang pendapatan daerah provinsi Kalsel.
Menurut Achmad Gozali, Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin, rata-rata perbulan lalu lintas domestik SBW Kalsel ke berbagai provinsi mencapai 13 ton/bulan.
Di beberapa provinsi, SBW Kalsel ini dijadikan bahan baku untuk memenuhi permintaan pasar Tiongkok. Untuk itulah, Karantina Pertanian Banjarmasin mendorong para pengusaha sarang walet Kalsel untuk membangun rumah produksi SBW sendiri di Kalsel agar dapat tembus langsung pasar Tiongkok.
Menurut Ghozali di pulau Kalimantan, rumah produksi SBW baru ada satu di Ketapang. Apalagi saat ini Bandara Syamsudin Noor sedang dalam tahap pembangunan menjadi bandara internasional, ini merupakan kesempatan emas untuk mengajukan penerbangan Banjarmasin – Tiongkok secara langsung, guna dapat mendukung upaya ekspor sbw Kalsel ke Tiongkok.
Ghozali menambahkan untuk membangun rumah produksi walet yang sesuai standar ekspor Tiongkok, Karantina Pertanian Banjarmasin siap membantu dengan melakukan bimbingan teknis yang ada pada program Agro Gemilang.
“Jika kita dapat mewujudkan upaya ekspor SBW langsung ke Tiongkok, tentu ini akan memberikan keuntungan yang lebih baik bagi kesejahteraan petani walet Kalsel dan bagus untuk pendapatan provinsi. Jadi saya mengajak seluruh stakeholder yang ada di provinsi Kalsel untuk saling bersinergi untuk merealisasikan akselerasi ekspor sbw asal Kalsel ini,” tandas Jamil.