Surabaya (12/9) – Menteri BUMN Rini Soemarno meninjau langsung pemuatan gerbong kereta tujuan ekspor ke Bangladesh di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Rabu (12/9). Berdasarkan catatan Pelindo III, sebagai operator pelabuhan ekspor impor tersebut, PT INKA pada tahun ini sudah mengekspor 98 unit gerbong. “INKA juga sedang membangun pabrik baru di Banyuwangi (Jawa Timur), nantinya sinergi dengan Pelindo III untuk langsung mengirim ekspor dari Pelabuhan Tanjung Wangi di Banyuwangi. Sehingga akan lebih efisien,” kata Rini Soemarno di sela kunjungannya.
Ia mengaku senang karena dalam kunjungan kerjanya di Surabaya, ia bisa melihat langsung perkembangan ekspansi bisnis beberapa BUMN sekaligus. “INKA juga sedang menjajaki pasar ekspor ke negara-negara tetangga, di antaranya ke Filipina. Kemudian PT Barata sedang mengupayakan akan ekspor boogie (chasis kereta) ke Kanada. Pabrik PT Garam juga sudah sangat bagus, insha Allah ke depan tidak impor garam lagi,” ungkapnya.
Direktur Utama Pelindo III Doso Agung yang mendampingi kunjungan kerja Menteri BUMN menambahkan bahwa geliat ekspansi pasar dari karya anak bangsa yang diproduksi oleh BUMN harus direspon oleh kesiapan infrastruktur logistik, misalnya pelabuhan. “Peran pelabuhan dalam memberikan layanan bongkar muat yang efisien dan reliable (handal) sangat penting untuk mendukung efisiensi biaya logistik dan peningkatan daya saing produk nasional. Misalnya yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak yaitu PT Barata yang sudah rutin mengekspor boogie sejak sekitar 2010. Kemudian PT INKA mengekspor gerbong kereta. Semoga ke depan lebih banyak lagi ekspor produk nasional,” ujarnya.
Dalam kunjungannya ke lokasi workshop Heavy Machining Center, Menteri BUMN sekaligus menyaksikan penandatangan kerja sama sinergi sejumlah BUMN. Di antaranya yaitu antara Pelindo III, PT LEN, dan PT Barata yang bekerja sama terkait produksi peralatan bongkar muat peti kemas untuk lapangan penumpukan (yard crane) beserta sarana penunjangnya. Kemudian Pelindo III juga menyepakati nota kesepahaman dengan PT Garam terkait pemanfaatan dan pengembangan Pelabuhan Veem di Tanjung Perak, Surabaya, dan terminal yang berlokasi di Pelabuhan Kalianget, Sumenep, di ‘pulau garam’ Madura.
Pelindo III melalui salah satu anak usahanya, yakni PT Pelindo Marine Service (PT PMS), pada kesempatan tersebut juga meresmikan sinergi dengan PT Dok dan Perkapalan Surabaya (PT DPS). Kedua perusahaan tersebut sepakat akan menjajaki integrasi bisnis mulai dari layanan perkapalan hingga jasa galangan. “Kerja sama yang dijalin adalah merupakan hasil penjajakan di antaranya terkait pemanfaatan galangan sebagai tempat pemeliharaan dan perbaikan kapal. Lalu juga dijajaki terkait penyediaan komponen dan pengujian kapal,” papar Doso, disela-sela acara.
Doso Agung menambahkan bahwa kerjasama antara PT PMS bahwa terdapat irisan bisnis yang besar antara PT PMS dengan PT DPS. Karenanya sebagai wujud sinergi BUMN akan melakukan sejumlah kajian integrasi bisnis. “Sinergi BUMN tidak hanya akan meningkatkan efisiensi proses bisnis melalui optimalisasi utilisasi aset. Tetapi juga akan membuka potensi-potensi bisnis baru yang saling menguntungkan. Sehingga akan membawa manfaat lebih bagi para pengguna jasa, masyarakat dan kedua perusahaan tersebut,” tutupnya.
###
Tentang Pelindo III:
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang juga dikenal dengan Pelindo III adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang jasa kepelabuhanan. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pelindo III mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 23 anak perusahaan dan afiliasi. Pelindo III menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan yang memiliki peran kunci guna menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut. Dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai, Pelindo III mampu menggerakkan serta mendorong kegiatan ekonomi negara dan masyarakat.