Siapa yang tak tahu Kepulauan Karimunjawa? Ya, Karimunjawa merupakan salah satu dari banyaknya tujuan wisata favorit yang ada di Indonesia. Terletak di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Karimunjawa menjadi bagian dari sederet primadona destinasi wisata yang ada di Provinsi Jawa Tengah.
Dengan luas daratan ±1.500 hektar dan perairan ±110.000 hektar, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah Jepara sebagai Taman Nasional. Karimunjawa adalah rumah bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias.
Namun siapa sangka, dibalik keindahan alamnya kondisi dalam laut kepulauan ini justru tak sebanding dengan apa yang banyak masyarakat fikirkan. Berbagai aktifitas disekitar area pantai seperti transportasi laut, obyek wisata serta pemanfaatan lahan (pulau) untuk pembangunan penginapan resort, cottage, hotel ternyata berpotensi merusak ekosistem laut. Belum lagi ditambah dengan permasalahan sampah yang terbawa hingga dasar laut semakin memperkeruh kerusakan yang ada.
Padahal, ekosistem laut khususnya terumbu karang memiliki banyak manfaat bagi kelangsungan hidup makhluk yang berada di bumi. Tidak hanya manusia, biota laut lainnya juga membutuhkan ekosistem laut yang baik. Tak ubahnya hutan hujan, terumbu karang juga berfungsi sebagai penyeimbang alam lantaran mampu menyerap gas karbon dioksida (CO2) yang ada di atmosfer. Dengan kemampuan ini, terumbu karang mampu menyelamatkan nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya dari bahaya pemanasan global. Bahkan, luar biasanya, daya serap terhadap karbon dioksida yang dimiliki terumbu karang bisa lebih tinggi ketimbang hutan yang berada di darat.
Struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia dan menjadi salah satu komponen penting dalam sebuah ekosistem laut ini juga menjadi sumber makanan bagi biota laut sekitarnya. Habitat terumbu karang menghasilkan berbagai jenis ikan yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Satu kilometer terumbu karang dalam kondisi sehat mampu menghasilkan sebanyak 15 sampai dengan 26 ton ikan per tahunnya. Selain ikan, ada juga biota laut lainnya yang ‘dihasilkan’ oleh terumbu karang, yakni penyu dan udang barong. Ada juga beberapa jenis alga laut yang mengandung gizi tinggi juga vitamin dan mineralnya.
Kondisi demikian membuat banyak pihak merasa khawatir akan kelestarian ekosistem laut Karimunjawa. Tak hanya warga lokal saja, tapi juga para pelancong yang berkunjung ke Kepulauan Karimunjawa khususnya Pantai Tanjung Gelam, salah satu potensi wisata yang ada di Kepulauan Karimunjawa. Berbagai upaya pun dilakukan, salah satunya dengan menginisiasi program taman bawah laut cara transplantasi terumbu karang hasil kerjasama antara masyarakat sekitar, Pertamina dan relawan pecinta lingkungan yang tergabung dalam wadah bernama HDI Foundation.
Program taman laut sendiri bertujuan untuk melakukan restorasi terumbu yang nantinya menyerupai taman bawah laut. Dimana melalui kegiatan ini, masyarakat dibantu pihak terkait lainnya berupaya untuk meningkatkan dan melindungi sumber daya laut Kepulauan Karimunjawa dalam aspek alam, sosial kemasyarakatan, sumberdaya manusia dan ekonomi.
Berbeda dengan metode transplantasi terumbu pada umumnya, program ini menggunakan metode biorock yakni proses teknologi deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut. Biorock bekerja menggunakan proses elektrolis di air laut, yaitu dengan meletakkan dua elektroda di dasar laut dan dialiri dengan lsitrik tegangan rendah yang aman sehingga merangsang pertumbuhan terumbu karang lima kali lebih cepat dari metode transplantasi biasa.
Sejak pertama kali di mulainya program ini pada tanggal 01 Oktober 2016 dengan terlebih dahulu melakukan survey lokasi pada bulan Agustus 2016, Pertamina bersama dengan HDI Foundation serta masyarakat sekitar telah berhasil menanam sedikitnya 465 unit terumbu karang di taman bawah laut tersebut. “Di lokasi tersebut, kami membangun kerangka tematik dimana di setiap kerangkanya kami tanam terumbu karang, total kerangka adalah 1 kerangka berbentuk dome, 1 kerangka berbentuk mobil dan 6 lainnya adalah kerangka berbentuk terowongan,” terang Unit Manager Communication & CSR MOR IV, Andar Titi Lestari beberapa waktu lalu.
Tidak hanya sekedar menggalakan program taman bawah laut, Pertamina secara rutin juga memberikan edukasi melalui kegiatan sosialisasi maupun penyuluhan kepada warga di sekitar pesisir Karimunjawa terkait pelestarian ekosistem laut khususnya terumbu karang. “Pelatihan dan penyuluhan selain bertujuan untuk menambah pengetahuan mereka juga bertujuan untuk merangkul warga agar bersama sama memelihara terumbu karang di sekitar kepulauan Karimunjawa, sehingga warga juga memiliki “sense of belonging” dari taman bawah laut yang telah kami bantu,” pungkas Andar.
Kini, warga sekitar lokasi pun bisa bernafas lega. Ekosistem laut khususnya terumbu karang Karimunjawa yang menjadi pusat hidup biota laut semakin baik kondisinya. Zaenal Wafa Zen merupakan salah seorang warga yang merasakan dampak positif adanya program taman bawah laut.
Menurutnya, metode biorock yang diterapkan dalam taman bawah laut ini membawa banyak manfaat bagi pertumbuhan karang. “Dulu melestarikan karang sangat susah, pertumbuhannya lambat. Tapi berbeda dengan yang diterapkan taman bawah laut, pertumbuhan karang menjadi cepat. Tempat tersebut menjadi banyak ikan dan sotong,” beber Zen, sapaan akrabnya.
“Untuk sisi ekosistemnya jelas mengalami peningkatan karena selain menambah jumlah karang, jumlah biota yang menempati juga semakin bertambah,” tambahnya.
Lebih lanjut ia menyatakan, taman bawah laut tak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan dan keseimbangan ekosistem laut. Tapi juga bagi perekonomian warga sekitar yang mayoritas sebagai nelayan. Tidak hanya jumlah ikan yang jumlahnya melimpah lantaran habitat terumbu karang yang kondisinya membaik, program ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi sektor pariwisata. Tak heran jika banyak wisawatan yang datang untuk melihat bagaimana keindahan taman bawah laut Karimunjawa.
Dikatakan Zen, saat ini masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya karang yang ada di Karimunjawa yakni dengan menjaga karang berarti menjaga perekonomian setempat. “Terimakasih kepada Pertamina dan HDI sudah membantu melestarikan terumbu karangnya. Harapan kedepan banyak program pengembangan untuk organisasi masyarakatnya sehingga mempunyai pengetahuan serta skill yang tinggi untuk pariwisata,” tutup Zen.
Hal senada juga diungkapkan Aris Lesmana. Warga Dusun Jatikereb, Karimunjawa ini menyatakan bahwa masyarakat sudah terlalu dimanjakan oleh alam hingga lupa bahwa alam juga butuh dijaga kelestariannya. Oleh sebab itu, ia bersama dengan ratusan warga lainnya untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan Karimunjawa. “Dari awal kita digandeng sebagai orang lokal untuk menjaga dan mengurus karena Karimunjawa identik dengan wisata bahari,” ujarnya.
Secara pribadi, Aris pun mengaku banyak manfaat yang dirasakan setelah adanya program taman bawah laut ini. Pria yang dulunya berprofesi sebagai nelayan ini, kini mendapat mata pencaharian baru yakni sebagai tour guide wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa khususnya pantai Tanjung Galem.
“Salah satu tujuan kita selain konservasi alam untuk mendongkrak pariwisata. Kunjungan wisatawan pun semakin meningkat setiap tahunnya. Harapan kedepan semoga ini bisa jadi salah satu aset Karimunjawa. Juga sebagai pembelajaran bagi masyarakat bahwa alam harus dijaga dan dipelihara sehingga bisa menghasilkan pemasukan dari pariwisata,” imbuhnya.
Terpisah, Haryo Farras salah seorang wisatawan asal Bekasi, Jawa Barat yang berkunjung ke pantai Tanjung Galem mengapresiasi adanya program taman bawah laut. Menurutnya kegiatan ini membuat kawasan ini menjadi semakin baik lantaran dilakukannya transplantasi karang sehingga bisa menambah jumlah ikan yang hidup didalamnya.
“Sangat setuju dengan diadakannya program ini. Program ini menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan khususnya karang sangat penting dilakukan,” ucapnya.
Haryo pun berharap agar kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan secara berkesinambungan. Sehingga manfaat yang didapatkan bukan hanya dari sisi keseimbangan alam tetapi juga bagi warga sekitar, baik dari sektor parisiwata maupun perekonomiannya. “Harapan saya agar program ini terus dijalani hingga area pelestariannya menjadi lebih luas lagi,” pungkas Haryo.**