Makassar – Kementan melalui unit kerja Badan Karantina Pertanian di Makassar terus menggandeng semua pihak untuk mendorong kinerja ekspor pertanian.
Masalah klasik di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terkait perdagangan internasional saat ini mulai terpecahkan. Saat fasilitas Direct Call yang diinisiasi oleh PT Pelindo IV diberlakukan.
“Kami sangat apresiasi upaya ini dan semoga dapat mendorong kinerja eksportasi pertanian dari KTI makin meningkat,” kata Kepala Karantina Pertanian Makassar, Andi Yusmanto saat melepas ekspor 7 komoditas pertanian sekaligus asal Sulsel, Minggu (25/8).
Menurutnya, sebelum ada fasilitas ekspor langsung ini, eksportasi produk pertanian asal Sulsel harus melalui pelabuhan di Pulau Jawa. Tentu hal ini dapat menyebabkan biaya ekonomi mahal disamping waktu tunggu yang lebih lama, dan akhirnya produk kita tidak memiliki daya saing, tambah Yusmanto.
Peningkatan Kinerja Ekspor Pertanian Sulsel Signifikan
Paska pemberlakuan direct call atau ekspor langsung ke negara tujuan ekspor yang difasilitasi oleh semua pemangku kepentingan di Pelabuhan Laut Makassar, dampak dapat langsung dirasakan.
Dari data sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST, Yusmanto memaparkan kinerja ekspor produk diwilayah kerjanya. Tercatat periode Januari hingga Juni 2019, pihaknya telah mensertifikasi 168 ribu ton komoditas pertanian dengan nilai ekonomi Rp. 7,39 triliun.
Nilai ekonominya telah meningkat 101 % dibandingkan data tahun 2018 yang mencatat jumlah ekspor sebanyak 162 ribu ton dengan nilai ekonomi Rp. 3,81 triliun. Dari sisa waktu hingga akhir tahun nanti kita dorong agar penambahan baik dari sisi volume maupun ragam komoditas, tambahnya.
Karantina Pertanian Makassar Gencarkan Agro Gemilang
Sesuai instruksi Presiden melalui Menteri Pertanian untuk gencarkan investasi dan ekspor, melalui Agro Gemilang program yang digagas Barantan, kini mulai membuahkan hasil.
Jumlah eksportir produk pertanian muda yang dibimbing memasuki pasar ekspor oleh Karantina Pertanian Makassar mulai bermunculan. Juga ragam komoditas pertanian yang menjadi primadona unggulan juga bertambah.
Salah satunya adalah porang (Amorphophallus muelleri), umbi yang diekspor dalam bentuk kering untuk bahan makanan ini mulai diminati pasar ekspor.
Tanaman asal Kabupaten Bulukumba, Gowa, Maros, Sinjai, dan Takalar ini juga turut dilepas ekspor oleh Kepala Karantina Pertanian Makassar.
Sejumlah 52 ton porang dengan nilai ekonomi Rp. 709 juta dengan tujuan Vietnam. Sementara enam komoditas lainnya adalah kacang mede, minyak cangkang kacang mede, dedak gandum, rumput laut, plywood dan karagenan. Produk ekspor asal Sumsel ini dikemas dalam 139 kontainer dengan nilai ekonomi Rp. 103,9 miliar.
Khusus untuk kacang mede yang diekspor kali ini dengan tujuan negara baru yakni Thailand. Ini juga dampak positif dari pemberlakuan direct call, pungkas Yusmanto.