Perempuan, Anak, dan Warisan Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa


Walesi (07/8)
– Indonesia sangat kaya akan warisan budaya, mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat beragam unsur budaya yang menjadi kekuatan dan diferensiasi dari negara lain. Secara umum budaya masyarakat di dunia menempatkan laki-laki pada hierarki teratas sedangkan perempuan menjadi nomor dua. Padahal jelas bahwa peran perempuan berpengaruh terhadap pembentukan karakter bangsa.

“Perempuan harus menjadi sosok terdepan yang mampu menjaga warisan budaya Indonesia. Jangan sampai keasliannya terpengaruh unsur dan budaya negara lain di era globalisasi. Anak sebagai penentu masa depan bangsa juga harus ditanamkan kecintaannya terhadap warisan budaya Indonesia sejak dini. Perempuan dan anak harus dijaga dan dilibatkan dalam pembangunan termasuk juga pelestarian budaya Indonesia,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise saat Membuka Festival Lembah Baliem yang ke-30 Tahun 2019 yang mengusung tema “Warisan Budaya Sebagai Jejak Peradaban” di Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua (07/8). 

Menteri Yohana mengatakan eksistensi Kegiatan Festival Budaya Lembah Baliem yang ke-30 Tahun 2019 menjadi pembuktian kepedulian pemerintah dan masyarakat Indonesia terhadap pelestarian warisan budaya lokal. “Saya sangat bangga dapat membuka acara Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) yang ke-30 tahun ini. Melihat keragaman warisan budaya tanah Papua membuat saya semakin bangga menjadi orang asli Papua. Perempuan, anak, dan warisan budaya tidak dapat dipisahkan sebab mereka berperan sebagai unsur pemersatu dan penentu masa depan bangsa,” ujar Menteri Yohana. 

Sementara itu, Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua menyampaikan rasa terima kasih kepada Menteri Yohana atas kesediaannya untuk hadir pada FBLB ke-30 tahun 2019. “FBLB merupakan festival seni dan budaya tertua di tanah Papua yang terus hadir untuk melestarikan warisan budaya Papua. Festival ini terinspirasi dari kehidupan masyarakat Papua di masa lampau khususnya perang suku Papua. Sepanjang masa jabatan saya sebagai Bupati, Menteri Yohana merupakan Menteri pertama yang hadir dan membuka FBLB di Wamena, saya sangat bangga dan berterima kasih kepada beliau yang telah berkenan datang ke Wamena,” ujar Jhon.
 
Jhon menambahkan selama 30 tahun berlangsung, FBLB telah memberikan banyak dampak positif dalam membentuk pola pikir masyarakat lokal di Jayawijaya untuk semakin mengerti bahwa perang suku sesungguhnya sangat merugikan sosial masyarakat lokal. Perang suku seharusnya dapat dilestarikan dengan cara yang memiliki nilai edukasi salah satunya melalui FBLB ini. Selain itu FBLB juga menjadi sarana melindungi nilai-nilai seni, budaya, dan adat Papua serta mendorong peningkatan sektor pariwisata, pembangunan, dan ekonomi masyarakat lokal. 

Dieputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani menuturkan FBLB yang sudah mencapai tahun ke 30 ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam upaya pelestarian warisan budaya Papua. “30 tahun berjalan, FBLB tetap eksis berada dalam Top 100 Calendar of Events Wonderful Kementerian Pariwisata. Beberapa faktor pendukungnya ialah sebuah festival harus memiliki nilai budaya dan kreativitas, memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat lokal, dan komitmen pemerintah daerahnya dalam melestarikan budaya lokal,” tambah Riska.

“Saya merasa senang menjadi bagian dari festival ini. Besar harapan agar festival budaya seperti ini akan terus ada setiap tahunnya baik di tanah Papua maupun di daerah lain di Indonesia. Budaya merupakan salah satu identitas sebuah bangsa, oleh karena itu harus terus dilestarikan. Terlepas dari semua itu, saya juga menitipkan perempuan dan anak di tanah Papua kepada bapak Bupati agar hak dan perlindungan bagi mereka dapat terpenuhi dengan baik. Sebab perempuan dan anak merupakan bagian yang tidak boleh terlepaskan dari pembangunan sebagai pemersatu bangsa Indonesia,” tutup Menteri Yohana. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *