Makkah, 6 Agustus 2019 – Dalam hitungan hari, seluruh jemaah haji akan memasuki masa puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Fase Armuzna ini akan terjadi pada tanggal 9-13 Dzuhijjah atau diperkirakan akan dimulai pada 10 Agustus 2019. Namun demikian, jauh hari sebelum pelaksanaan rukun dan wajib haji tersebut, pemerintah telah menyiapkan banyak hal untuk menjamin upaya pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jemaah haji terutama di bidang kesehatan.
Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 1440H/2019M, untuk melayani 231.000 jemaah haji Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyediakan fasilitas kesehatan berupa Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah dan Madinah. Selain di dua daerah kerja (Daker) tersebut, layanan kesehatan juga diberikan oleh Tim Kesehatan Mobile Bandara (TMB) di dua bandara; King Abdul Aziz Jeddah dan Prince Mohammed bin Abdulaziz Madinah.
KKHI Makkah memiliki daya tampung hingga 300 tempat tidur. Sementara KKHI Madinah 70 tempat tidur. Keduanya memberikan layanan dasar, penunjang dan spesialistik.
“KKHI Madinah baru saja kami bangun tahun ini. Untuk KKHI Makkah sudah pindah ke gedung baru sejak tahun 2017,” ujar Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
Fasilitas kesehatan yang dipunyai Indonesia di Arab Saudi didukung oleh 306 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan. PPIH bidang kesehatan merupakan petugas kesehatan non kelompok terbang (kloter) yang terdiri dari Tim Promotif Preventif (TPP), Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) dan tim manajerial. PPIH bidang kesehatan berasal dari beragam latar belakang profesi yaitu: dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, apoteker, sanitarian, ahli gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Petugas kesehatan lainnya adalah Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menjadi satu kesatuan dengan kloternya. Setiap kloter didampingi oleh 3 orang tenaga kesehatan (1 dokter, 2 perawat). Total terdapat 1.587 tenaga kesehatan untuk melayani 529 kloter.
Pada klimaksnya pelaksanaan ibadah haji di Armuzna, Kemenkes akan menyiapkan pos kesehatan khusus di dua lokasi, yakni Pos Kesehatan Arafah dan Pos Kesehatan Mina. Ditambah beberapa pos satelit di sejumlah titik di Arafah dan di sepanjang jalur atas dan bawah jamarat. Begitu juga ambulans dan perbekalan kesehatan.
“Seluruh sumber daya kesehatan baik dari Daker Makkah, Madinah maupun Bandara difokuskan sepenuhnya untuk melayani jemaah haji Indonesia pada prosesi ini,” tutur Eka.
Imbauan bagi jemaah
Bagi seluruh jemaah haji Indonesia yang saat ini seluruhnya sudah berada di Kota Makkah, Kemenkes mengimbau untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatannya dengan memperhatikan dan melakukan 15 hal sebagai berikut:
- Makan teratur agar tubuh bertenaga dan tidak mudah sakit. Perbanyak makan buah dan sayur.
- Sering minum, tidak menunggu haus. Saat Armuzna suhu di Makkah diperkirakan makin panas. Waspadai risiko kekurangan cairan/dehidrasi dan heat stroke.
- Kurangi aktivitas fisik yang tidak perlu. Simpan tenaga untuk menyelesaikan Armuzna.
- Kurangi aktivitas di luar tenda saat Armuzna.
- Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat keluar pondokan atau tenda termasuk saat antre di toilet di Armuzna.
- Bawa obat-obatan pribadi dan mengonsumsinya secara teratur sesuai anjuran dokter.
- Konsultasikan kesehatan ke petugas kesehatan terutama bagi jemaah berisiko tinggi sebelum berangkat ke Armuzna.
- Bawa dan konsumsi minuman oralit saat di Armuzna.
- Peduli dan saling menjaga antar jemaah minimal yang sekamar atau seregu. Berangkat dan pulang bersama-sama.
- Membawa pisau cukur sendiri dan tidak dipinjamkan atau meminjam milik orang lain.
- Ketika di area Armuzna, tidak naik ke atas bukit, tebing atau bebatuan dan tidak berbaring di jalan atau di kolong kendaraan yang terparkir.
- Pilih rute melempar jamarat yang aman dan sudah direkomendasikan oleh petugas haji Indonesia yaitu rute yang melalui tenda-tenda jemaah Indonesia dan masuk melalui terowongan. Di jalur tersebut tersebar petugas dan pos kesehatan, sedangkan jalur lainnya tidak ada perlindungan petugas atau pos kesehatan sehingga berbahaya jika dilewati jemaah Indonesia.
- Tidak memaksakan diri melempar jamarat ketika kondisi kesehatan tidak memungkinkan.
- Melontar jamarat mengikuti waktu yang sudah ditentukan oleh pemerintah Arab Saudi. Untuk jemaah Indonesia waktu melontar yang disarankan untuk tanggal 10 Zulhijah yaitu setelah Asar atau setelah Magrib dan pada tanggal 11 Zulhijah setelah Subuh. Jika melontar di waktu selain itu akan berisiko terpapar suhu yang sangat panas dan berdesakan dengan jemaah dari negara lain yang postur tubuhnya lebih besar dari jemaah Indonesia.
- Hati-hati jika menggunakan tangga berjalan atau eskalator di area jamarat karena curam. Angkat pakaian di atas mata kaki untuk menghindari terinjak atau terbelit di eskalator.