Jakarta, 5 Agustus 2019, Kemendikbud — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyampaikan permintaan maaf adanya polemik dan multitafsir di warganet terhadap hasil Festival Literasi Sekolah (FLS) Lomba Bidang Cipta “Meme”.
“Kami menyadari bahwa polemik ini muncul sebagai dampak dari kekurangcermatan kami dalam memilih tema dan mengarahkan karya siswa, serta kekurangcermatan dalam menelaah potensi polemik yang muncul atas hasil karya meme tersebut,” demikian disampaikan Direktur Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) Kemendikbud, Purwadi Sutanto, di kantor Kemendikbud, Cipete, Jakarta Selatan, Senin (05/08).
“Kami sampaikan apresiasi atas masukan warganet terhadap pendekatan baru literasi sekolah yang menggunakan literasi visual digital pada FLS 2019,” tambahnya.
Lomba Cipta Meme yang baru pertama kalinya diselenggarakan dimaksudkan sebagai pendekatan baru seni visual digital yang berkembang dan digemari oleh kalangan kaum muda. “Dengan diselenggarakannya lomba bidang “meme” ini diharapkan gerakan literasi bisa lebih aktual dan lebih dekat dengan siswa, sekaligus mendorong mereka untuk lebih aktif dan turut memberikan counter dan alternatif narasi terhadap konten-konten negatif melalui ungkapan yang kreatif dan original,” terang Purwadi
Tujuan penyelenggaraan FLS, diungkapkan Purwadi, adalah untuk memberikan ruang bagi para siswa berbakat dalam mengekspresikan daya cipta dan kreatifitas mereka dalam berliterasi, sekaligus untuk memperkuat gerakan literasi sekolah. “Untuk menyesuaikan perkembangan invensi teknologi digital dan pengaruh negatifnya terhadap remaja, terutama dalam konten-konten hoaks, maka FLS jenjang SMA tahun 2019 lebih menekankan pada literasi visual digital, inilah salah satu tujuan lomba cipta meme tersebut diselenggarakan,” ujarnya.
Kemendikbud menyampaikan terima kasih atas masukan para warganet. Masukan ini menjadi bahan evaluasi dan perbaikan pelaksanaan FLS kedepan.