Cilegon – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Cilegon mencatat data lalu lintas eksportasi limbah olahan gandum atau dedak gandum hingga Juni 2019 dengan tujuan Cina sebanyak 1.037 ton dengan nilai ekonomi Rp. 4,1 milyar.
Second class wheat bran atau yang akrab disebut dedak gandum adalah produk samping dari proses penggilingan biji gandum asal impor menjadi tepung. Sementara limbahmya berupa dedak gandum di ekspor untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk pakan ternak karena memiliki kadar protein dan nutrisi yang tinggi.
“Permintaannya terus meningkat dan kami pun lakukan percepatan dengan layanan inline inspection,” kata Raden Nurcahyo, Kepala Karantina Pertanian Cilegon saat menyerahkan sertifkat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate kepada PT Bungasari Floor Mill sebagai persyaratan negara tujuan di Serang, Selasa (27/7).
Raden menjelaskan bahwa pihaknya memberikan layanan pemeriksaan karantina pertanian di gudang pemilik, dan jika setelah pemeriksaan fisik tidak ditemukan organisme penganggu tumbuhan karantina (OPTK) maka pihaknya akan menerbitkan PC. “Tidak perlu bongkar muat lagi, langsung dapat diangkut saat tiba di tempat pengeluaran. Kita jemput bola,” tambahnya.
Saat ini di Cilegon sudah ada 5 pengguna jasa karantina yang mengajukan layanan inline inspection untuk proses eksportasi dedak gandum dan 4 diantaranya telah lolos verifikasi, termasuk PT BFM. “Dengan besarnya permintaan terhadap dedak gandum, kami berharap semakin banyak pelaku usaha di Cilegon yang dapat memenuhi persyaratan ekspor, kami siap memfasilitasi,” papar Kepala Karantina Pertanian Cilegon.
Menurut Rio, petugas dari perusahaan pengolahan tepung gandum, peluang ekspor dedak gandum ke Cina masih terbuka lebar. Di bulan Juli ini, pihaknya telah mendapatkan pesanan lebih dari 100 kontainer. Pihaknya merasakan manfaat langsung layanan inline inspection dari Karantina Pertanian Cilegon, lebih cepat waktunya.
Kepala Karantina Pertanian Cilegon menyampaikan berdasarkan data dari sistem otomasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerjanya tercatat tahun 2017 ekspor dedak gandum sebanyak 29,1 Ton dengan nilai ekonomi Rp. 109,6 milyar, di tahun 2018 yakni sebanyak 65,34 ton dengan nilai Rp. 210,4 milyar dan terus menunjukan tren peningkatan dimana pada semester pertama tahun 2019 ini, Karantina Pertanian Cilegon telah mensertifikasi komoditas dedak gandum sebanyak 7,7 Ton dengan nilai sebesar Rp. 21,91 milyar. Adapun konsumen di pasar global untuk komoditas ini selain Cina adalah tujuan Hongkong, Filipina , Vietnam dan Papua Nugini.
Sejalan dengan kebijakan Menteri Pertankan untuk menggenjot ekspor, jajaran di Kementerian Pertanian termasuk Karantina Pertanian Cilegon lakukan beberapa terobosan. “Selain ragam komoditas yang kami dorong seperti limbah dedak ini, munculnya eksportir dari kalangan milenial dengan program Agro Gemilang juga kami gencarkan,” pungkas Raden.