Jakarta (31/07)— Telah lama dianggap dan dinilai masyarakat bahwa sebagai kegiatan fisik, olahraga banyak didominasi oleh peran laki-laki. Namun faktanya, perempuan Indonesia bisa berjaya di bidang olahraga. Peraih medali pertama untu Indonesia di ajang Olimpiade Seoul 1988 adalah perempuan dari cabang olahraga panahan beregu putri. Begitu juga, pada olimpiade 1992 Barcelona, Peraih medali emas Indonesia adalah seorang perempuan melalui cabang olahraga bulutangkis. Pada Asian Games XVIII 2018, Indonesia mengirimkan 416 atlet putri dan 488 atlet putra, dari 31 medali emas yang diraih Indonesia, 11 medali berasal dari atlet perempuan.
Artinya, begitu besar kontribusi perempuan dalam sejarah prestasi olahraga nasional. “Capaian perempuan pada bidang olahraga bisa dijadikan motivasi bagi perempuan untuk berprestasi di segala bidang… Oleh karena itu, perempuan perlu terus didorong untuk maju dalam bidang olahraga, melalui rekruitmen, pembinaan, pelatihan, dan mengikuti pertandingan prestasi,” papar Menko PMK, Puan Maharani, Rabu pagi saat membuka dan menjadi Pembicara Kunci dalam Seminar Women in Sport yang diselenggarakan oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) di Jakarta.
Perempuan, menurut Menko PMK, memang telah mampu berprestasi dan mengaharumkan nama bangsa melalui olahraga. Namun, masih terdapat berbagai kendala antara lain persepsi bahwa olahraga baru sekadar hobi; olahraga tidak dapat menjadi tumpuan ekonomi; olahraga adalah kegiatan yang mengandalkan fisik, lebih cocok untuk laki-laki; dan kejuaraan olahraga berpeserta perempuan yg secara rutin dan berjenjang, belum banyak dilakukan.
Menko PMK menekankan bahwa perempuan harus bersama dulu, lalu bersatu agar kemudian menjadi kuat. Dengan demikian, kesetaraan gender dalam dunia olahraga dapat terwujud. “Seiring dengan komitmen Pemerintah Indoensia yang ingin memajukan olahraga di tanah air. Apalagi Indonesia sedang berjuang agar dapat menjadi Tuan Rumah Penyelenggara Olimpiade di tahun 2032,” paparnya. Dia juga menekankan bahwa terdapat dua agenda strategi yang dapat menjadi perhatian dalam seminar ini, yaitu: Pertama; bagaimana meningkatkan peran perempuan dalam bidang olahraga? Hal ini dapat dimulai dari keluarga, dengan memberikan dorongan kepada anak-anaknya agar berperilaku hidup sehat dengan berolahraga; menanamkan motivasi kepada anak perempuan agar tidak takut meraih prestasi di bidang olahraga; perlu diperluas event kejuaraan olahraga berpeserta perempuan. Kedua, adalah konstruksi dan formula kebijakan yang dapat mendorong lahirnya atlet-atlet perempuan berprestasi; bagaimana pemerintah dan masyarakat olahraga dapat membangun pola kerja yang sistematis dalam pembinaan olahraga dan perempuan.
“Saya yakin, para pahlawan olahraga perempuan yang hadir saat ini memiliki segudang pengalaman yang dapat dibagi dan para akademisi pemerhati perempuan juga banyak memiliki ide cemerlang yang dapat disampaikan shingga diskusi dapat dinamis dan efektif. Saya berharap Seminar dapat memberikan rekomendasi dan formula program yang konkrit, sehingga dapat diimplementasikan kita bersama,” harap Menko PMK menutup paparannya.
Seminar Women in Sport mengangkat thema: “Meningkatkan kesetaraan gender melalui gerakan olimpiade: tantangan yang dihadapi wanita dalam dunia olahraga” ini dihadiri oleh Ketua KOI sekaligus Anggota IOC, Erik Thohir; Para Tokoh Perempuan Nasional, Para Perempuan Pahlawan Olahraga Nasional seperti Susi Susanti, Stephanie Handoyo, Maria Londa, Lely Sampoerno; Guru Besar Keolahragaan dari Unnes, Tandiyo Rahayu; Para Atlet, Pelatih, Wasit, Official Perempuan, Insan Olahraga Nasional, Seluruh Panitia Penyelenggara Seminar Women in Youth, media massa, dan para undangan lainnya. Menko PMK dalam seminar ini juga diminta turut meresmikan berdirinya Women’s Sport Foundation Indonesia. (*)