SURABAYA, Senin (29/7/2019): Penggunaan gas bumi bagi rumah tangga terus dimaksimalkan pemerintah. Selain bisa menekan angka subsidi energi, langkah ini dilakukan agar masyarakat luas bisa menikmati bahan bakar yang lebih hemat dan ramah lingkungan.
Di Surabaya, ada sekitar 26.762 Rumah Tangga yang telah menikmati aliran gas bumi di rumah mereka, salah satunya adalah ibu Liswati, penjual rawon pecel di pasar Pucang Anom Surabaya. Ia mengaku telah menggunakan gas bumi yang disalurkan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sejak pertengahan tahun 2016.
“Dulu kami tidak tahu perbedaan antara gas bumi dengan gas tabung. Ternyata gas bumi ini hemat dan aman. Kalau dulu saat menggunakan gas tabung, dalam sebulan saya bisa habis sekitar Rp 5 juta hanya untuk bayar bahan bakar, tetapi setelah menggunakan gas bumi yang melalui pipa, tagihan sebulan hanya sekitar Rp 2,5 hingga Rp 2,9 juta per bulan. Sehingga dalam sebulan, saya bisa menghemat uang untuk bahan bakar sekitar Rp 2 juta,” aku Liswati saat ditemui di rumahnya, Pucang Arjo Surabaya, Senin (27/2019).
Dengan adanya selisih biaya tersebut maka sisa uang bisa ia mengalokasikan untuk memenuhi kebutuhan yang lain atau ditabung. “Dulu pada saat petugas PGN melakukan pemasangan, saya diajari agar sisa uang bahan bakar ini hendaknya saya tabung,” kenangnya.
Selain hemat, ia mengaku juga sangat aman. Karena tekanan gas bumi melalui pipa ini lebih rendah dibanding energi yang digunakan sebelumnya, maka kekhawatiran terjadi ledakan saat ada kebocoran gas tidak ada. “Pernah salah satu kompor saya ada yang bocor, tetapi masih bisa saya gunakan ” tukasnya.
Dalam setiap harinya, Liswati memang menggunakan empat tungku besar untuk masak. Tungku-tungku itu digunakan untuk memasak ayam, daging sapi, kering tempe, tahu bali, peyek kacang, ceplok telur, sayur-sayuran dan lain sebagainya. “Saya mulai memasak pada pukul 11.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB karena saya buka mulai pukul 21.00 WIB dan tutup pada pukul 04.00 WIB,” aku Liswati.
Semalam, rata-rata ia bisa menghabiskan sekitar empat hingga lima termos nasi atau sekitar 48 kilogram hingga 60 kilogram beras. Sementara pendapatan sehari mencapai sekitar Rp 9 juta hingga Rp 10 juta per hari dengan jumlah pekerja sebanyak 15 orang.
Liswati mengaku sangat terbantu dengan adanya gas bumi, walaupun kadang ia mengeluh saat terkena denda karena telat membayar tagihan. “Ya kalau dibandingkan, walaupun saya sering kena denda karena telat membayar, tetap saja tagihannya jauh lebih kecil dibanding biaya yang dulu biasa saya keluarkan untuk beli gas tabung,” ujarnya.
Sales Area Head PGN Area Surabaya-Gresik Misbachul Munir mengatakan bahwa saat ini PGN sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah terus berupaya memperluas jaringan gas (jargas) agar makin banyak masyarakat yang bisa menikmati suplai gas bumi. “Sebagai Sub Holding Gas, PGN siap menjalankan peran untuk semakin memperluas pemanfaatan gas bumi ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau energi baik gas bumi,” imbuhnya.
Saat ini selain melayani kebutuhan kelistrikan, industri dan komersial, PGN juga melayani pelanggan rumah tangga dan UMKM. Pelanggan rumah tangga PGN tersebar di wilayah Surabaya Timur meliputi Kelurahan Wonorejo, Penjaringan Asri, Kedung Baruk, Kedung Asem dan Medokan Ayu. Di wilayah Surabaya Tengah meliputi Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Kupang Krajan, Putat Jaya, Pasar Kembang dan Dr. Soetomo. Dan di wilayah Surabaya Selatan meliputi Kelurahan Airlangga, Barata Jaya, Kertajaya, Pucang Sewu, Ngagel dan Taman Ngagel Rejo