Forum Bisnis Indonesia-Turki: Upaya Peningkatan Perdagangan Bilateral

Sharing is caring!

Istanbul, 11 Juli 2019 – Mengawali rangkaian kunjungan kerja ke Turki, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita memimpin pelaksanaan Forum Bisnis Indonesia-Turki yang berlangsung pada Kamis (11/7) di Istanbul, Turki, waktu setempat. Forum Bisnis ini merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara dan tindak lanjut dari kesepakatan kedua pemimpin negara.

“Kondisi perekonomian Indonesia yang kondusif adalah peluang bagi pelaku usaha Turki menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis dalam mengembangkan investasi dan perdagangan,” ujar Mendag.

Lebih lanjut Mendag mengatakan, keberhasilan ekonomi Indonesia telah menarik minat pelaku usaha Turki untuk bermitra dengan Indonesia.

Forum bisnis ini diikuti sekitar 90 pelaku usaha Turki dan Indonesia yang bergerak di sektor minyak kelapa sawit (CPO), makanan olahan, bubur kertas, kertas, karet, jasa keuangan, jasa perjalanan, dan lainnya.

Hubungan perdagangan dengan Turki sangat penting. Sejarah mencatat hubungan perdagangan kedua negara telah lama berlangsung. Posisi geopolitis Turki yang strategis juga bermanfaat sebagai penghubung bagi masuknya produk Indonesia ke Eropa dan Timur Tengah.

Selain sebagai sarana untuk menjalin jejaring kerja dan promosi antara pelaku usaha, forum bisnis ini juga membahas permasalahan perdagangan yang dihadapi para pelaku usaha. Produk Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan ban, saat ini mengalami hambatan tarif di Turki yang menyebabkan penurunan nilai ekspor secara tajam.

Secara khusus, Mendag menyampaikan pentingnya peran minyak kelapa sawit bagi Indonesia. “Sebagai salah satu komoditas ekspor utama Indonesai, minyak kelapa sawit memainkan peranan penting dalam menciptakan lapangan kerja dan mengatasi kemiskinan bagi sekitar 16,5 juta jiwa. Demikian juga bagi Turki dan negara lain, minyak kelapa sawit merupakan minyak sayur termurah dan produktif yang juga merupakan bahan baku paling kompetitif untuk mendukung industri lainnya,” jelas Mendag.

Salah satu penyebab hambatan perdagangan Indonesia-Turki yaitu dikarenakan kedua negara belum memiliki perjanjian perdagangan bebas. Percepatan penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Turki (IT-CEPA) diharapkan dapat mengatasi hambatan dan mendorong peningkatan kinerja perdagangan kedua negara.

“Potensi pertumbuhan perdagangan kedua negara sangat besar dengan adanya IT-CEPA karena penurunan tarif yang akan dinikmati akan membuat produk semakin kompetitif,” ungkap Mendag.

Selain itu, Mendag menyampaikan, kedua pemimpin negara telah sepakat agar perundingan ITCEPA dapat segera diselesaikan tahun ini. “Penyelesaian IT-CEPA akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari perdagangan barang agar dapat segera memperluas akses perdagangan,” imbuhnya.

Sementara itu, Konsul Jenderal RI di Istanbul Herry Sudradjat menyatakan, perdagangan Indonesia-Turki berpotensi untuk ditingkatkan. “Produk Turki dan Indonesia saling melengkapi sehingga peluang untuk tumbuh cukup besar. Di samping produk ekspor utama seperti minyak kelapa sawit, kertas, dan tekstil; produk potensial yang saat ini diminati adalah ban, benang, dan kopi,” jelas Herry.

Dalam forum bisnis ini, Mendag juga mengajak pelaku usaha Turki untuk datang ke pameran perdagangan terbesar di Indonesia, Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34. TEI akan digelar di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Tangerang, Banten pada 16—20 Oktober 2019.

Turut hadir dalam forum bisnis, Presiden Dewan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Turki (DEiK) Nail Olpak, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo, dan Staf Ahli Mendag Bidang Pengamanan Pasar Sutriono Edi.

Pertemuan dengan Pelaku Bisnis Turki

Pada hari yang sama, Mendag menerima Dewan Bisnis Turki-Indonesia (Turkey–Indonesia Business Council) dan sejumlah pelaku bisnis Turki lainnya yang bergerak di sektor industri pertahanan, penerbangan, energi terbarukan, minyak kelapa sawit, ban, tekstil, dan kertas.

Pertemuan ini membahas permasalahan yang dihadapi para importir produk Indonesia berupa tingginya tarif dan pajak yang dikenakan atas produk dari Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan ban. Peluang kerja sama dan investasi juga disampaikan para pelaku bisnis, khususnya di sektor pertahanan, penerbangan, produk turunan minyak kelapa sawit, dan tekstil.

“Pertemuan dengan para pelaku bisnis di Turki berlangsung cukup produktif. Selain membahas permasalahan dagang yang dihadapi para importir, pebisnis Turki juga tertarik dan berkomitmen melakukan kerja sama dan investasi di Indonesia. Pebisnis Turki ingin mengembangkan rantai pasok di sektor tekstil, membeli produk-produk turunan minyak kelapa sawit yang bernilai tambah, dan melakukan kerja sama investasi di sektor pertahanan,” pungkas Mendag

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *