Olimpiade Sains Nasional Bidang Kebumian: Eksperimen Pencairan Es di Kutub

Jakarta, Kemendikbud — Ujian praktikum dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) selalu menjadi hal yang menarik untuk diamati. Setiap bidang lomba memiliki bidang keilmuan dengan ciri khas yang beragam. Misalnya bidang lomba kebumian yang ujiannya mencakup materi geologi, meteorologi, oseanografi, dan astronomi. Dalam ujian praktikum materi meteorologi, peserta melakukan sebuah eksperimen atau simulasi mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan.

Juri OSN 2019 bidang lomba Kebumian, Zadrach L Dupe mengatakan, dalam ujian praktikum meteorologi, peserta melakukan simulasi untuk mencari tahu apa yang akan terjadi jika es di Kutub Utara dan Es di Kutub Selatan mencair, serta dampaknya terhadap ketinggian permukaan laut. Mereka diberikan dua buah gelas ukur berisi air panas dengan volume 250 ml dan diberikan es batu.

“Mereka harus mengukur volume es. Kemudian kondisinya pada gelas pertama, esnya sudah berada di dalam air dengan jumlah volume air 250 ml, kemudian mengamati apa yang terjadi kalau esnya mencair. Lalu pada gelas kedua yang berisi air panas 250 ml, baru kita masukkan es, seolah-olah esnya seperti es yang di Kutub Selatan, di atas daratan. Kenapa pakai air panas? Supaya proses mencairnya cepat,” jelas Zadrach di SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (2/7/2019).

Untuk melakukan eksperimen ini, peserta diberikan waktu selama 15 menit untuk berpikir dan menuliskan hasil pengamatannya. “Kalau durasi tesnya sendiri mungkin dalam waktu satu atau dua menit bisa selesai karena cuma menunggu esnya mencair. Karena kita menggunakan air panas jadi bisa cepat,” ujar Zadrach yang bersama timnya sudah melakukan percobaan serupa terlebih dahulu di kampus. “Kami coba dulu di kampus, kira-kira butuh waktu berapa lama. Jadi harus didesain dengan tes praktikum yang lain dan waktu yang disediakan,” katanya.

Salah satu tes praktikum lainnya di lapangan adalah materi tentang oseanografi yang berlangsung di Pantai Tasik Ria, Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Di sini peserta diminta untuk menghitung kecepatan angin dan mengukur ketinggian gelombang laut yang muncul. Kemudian mereka juga melakukan simulasi untuk menentukan pasang/surut air laut, menentukan kadar salinitas atau kadar garam laut,atau mengukur kekeruhan air laut. “Kadang siswa diminta mengukur pelapisan temperatur dari laut,” kata Zadrach.

Dosen Meterologi di Institut Teknologi Bandung itu menuturkan, tes praktikum kebumian dibagi menjadi dua, yaitu tes peraga dan tes di lapangan. Dalam tes peraga, peserta berada di dalam kelas untuk mengenali bebatuan yang sudah disiapkan panitia. “Jadi kita punya sampel batuan. Peserta harus mengenal batuan ini jenisnya apa, namanya apa, dan susunan kimianya bagaimana,” katanya. Sementara untuk tes teori, peserta diberikan waktu selama 2,5 jam untuk mengerjakan 50 soal pilihan ganda dan enam soal esai.

Peserta OSN 2019 Bidang Lomba Kebumian terdiri dari 77 siswa SMA yang berasal dari 34 provinsi. Sistem seleksi OSN untuk bidang kebumian tidak menggunakan batas minimal nilai, melainkan mengedepankan unsur keterwakilan daerah sehingga semua provinsi bisa mengirimkan peserta. Zadrach berharap, olimpiade sains bidang kebumian bisa membuat anak-anak peka terhadap gejala alam dan mengerti secara logis proses yang terjadi pada alam.

“Dengan demikian kami berharap mereka bisa berpikir logis dalam menjaga bumi sehingga kami bisa menitipkan bumi ke mereka,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *