Forum Bisnis Indonesia-Chili, Mendag: Peluang Peningkatan Perdagangan Kedua Negara

Santiago, 16 Mei 2019 – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita optimistis implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Chili (IC-CEPA) akan mendongkrak perdagangan kedua negara. Hal ini disampaikan Mendag usai membuka forum bisnis yang merupakan rangkaian kegiatan misi dagang ke Santiago, Chili, pada Kamis (16/5).

Dalam forum bisnis ini, Mendag didampingi Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda. Turut hadir Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo serta Wakil Kepala Perwakilan RI untuk Chili Amin M. Wicaksono.

“Potensi pertumbuhan perdagangan Indonesia-Chili sangat besar. IC-CEPA tidak hanya akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Chili saja, tetapi juga ekspor Chili ke negara-negara lain di kawasan Amerika Latin,” jelas Mendag.

Forum bisnis yang digelar dalam rangkaian kunjungan kerja Mendag ke Chili sekaligus sebagai upaya sosialisasi implementasi IC-CEPA yang diperkirakan segera berlaku pada bulan Agustus mendatang. Forum bisnis ini merupakan pertemuan antar-pelaku usaha Indonesia dan Chili, dari bisnis ke binis (B to B) untuk melengkapi upaya pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah ke pemerintah (G to G).

“Dengan penandatanganan IC-CEPA, maka kegiatan ini menjadi efektif sebagai media sosialisasi sekaligus sebagai ajang berkenalan bagi para pelaku usaha yang baru pertama kali bertemu,” imbuh Mendag.

Potensi perdagangan Indonesia dengan Chili pasca implementasi IC-CEPA diprediksi akan meningkat signifikan. Chili akan menjadi hub masuknya produk-produk Indonesia ke negara sekitarnya. Sebaliknya Indonesia menjadi hub masuknya produk-produk dari Chili ke ASEAN serta Australia dan Selandia Baru. Selain itu, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP) yang ditargetkan selesai tahun ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Chili.

Isu lain yang mengemuka dalam forum bisnis tersebut adalah sertifikasi halal yang menjadi keharusan bagi produk makanan dan minuman agar bisa masuk ke Indonesia. Mendag menyampaikan bahwa sertifikasi halal merupakan suatu keharusan, namun Pemerintah Indonesia akan membantu agar hal ini tidak menjadi suatu hambatan.

Menurut Mendag, salah satu komoditas Indonesia yang ekspornya berpotensi meningkat tajam adalah kertas. Kebutuhan Chili atas produk kertas cukup tinggi. Ekspor kertas Indonesia ke Chili pada Januari?April 2019 naik 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Sehingga sampai akhir 2019 diperkirakan ekspor kertas dari Indonesia ke Chili naik sampai 200 persen,” kata Mendag.

Sementara Direktur Pemasaran Charta Global Anthony Atamimi menyampaikan, dengan hilangnya bea masuk komoditas kertas sebesar enam persen ke Chili, maka produk kertas Indonesia akan semakin kompetitif dan berpotensi meningkatkan ekspor produk tersebut hingga tiga kali lipat.

Lebih lanjut Anthony menjelaskan bahwa ekspor ke Chili diharapkan tidak menemui hambatan perdagangan. “Biaya logistik yang dikeluarkan untuk mengekspor kertas ke Chili tidak jauh berbeda dengan ekspor ke Amerika Serikat, serta karakteristik pasar Amerika Latin sebagai negara berkembang, relatif lebih mudah dihadapi dalam melakukan penetrasi pasar,” imbuhnya.

Berdasarkan data yang diolah Kemendag, nilai perdagangan Indonesia-Chili tercatat sebesar USD 274,1 juta tahun 2018. Dari jumlah ini, Indonesia surplus dari Chili sebesar USD 43,87 juta.

Investasi Pengolahan Rumput Laut

Bersamaan dengan pelaksanaan penjajakan kesepakatan dagang (business matching), Mendag menerima sejumlah pelaku usaha Chili. Salah satunya adalah Midesa. Midesa merupakan perusahaan asal Chili yang berinvestasi di Sulawesi Selatan mulai tahun ini dengan nilai sebesar USD 3juta?4 juta. Investasi akan dilakukan dengan mendirikan tempat pengolahan rumput laut untuk dijadikan tepung dan kemudian diekspor.

“Dalam investasinya ini, Midesa memberdayakan para petani rumput laut lokal mulai dari budi daya rumput laut hingga pengolahan rumput laut menjadi tepung. Kerja sama dilakukan untuk pengolahan barang setengah jadi, bukan hanya barang mentah, sehingga ada nilai tambah terhadap produk,” jelas Mendag.

Alternatif Sumber Impor Susu

Mendag juga bertemu dengan Manajer Ekspor Colun Company, Sebastian Vargas. Colun adalah perusahaan penghasil produk-produk berbahan dasar susu dari Chili. Dalam pertemuan tersebut, Mendag menyampaikan keinginannya untuk menjajaki peluang sumber alternatif impor susu, selain dari Eropa.

“Colun sebagai penghasil susu dan produk-produk berbahan dasar susu memiliki peluang besar untuk menjadi alternatif negara sumber impor bagi Indonesia. Dengan masuknya Colun ke Indonesia, maka pasar produk-produk sejenis di Indonesia akan lebih kompetitif sehingga dapat meningkatkan kualitas produk dan menurunkan harga produk bagi konsumen,” pungkas Mendag.

Usai menyelesaikan rangkaian kegiatan misi dagang di Santiago, Mendag dijadwalkan menghadiri Pertemuan para Menteri yang bertanggung jawab di bidang perdagangan (Ministers Responsible for Trade/MRT) pada Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC MRT) 2019 di Viña del Mar, Chili. Pertemuan ini akan berlangsung selama dua hari, yaitu pada 17?18 Mei 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *